Ibadah Haji Dimulai 29 Juli 2020, Khotbah Wukuf Disiarkan dengan Terjemahan Bahasa Indonesia
Khatib pun akan menyampaikan khotbah di Masjid Namirah dalam bahasa Arab dan diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa termasuk bahasa Indonesia.
Editor: Anita K Wardhani
“Khotbah Hari Arafat akan disiarkan dalam lima bahasa, yaitu Inggris, Prancis, Indonesia, Urdu, dan Persia," ungkap Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci seperti dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (21/7/2020).
Bahasa Indonesia ditujukan untuk jemaah dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan sebagainya.
Sementara Urdu untuk jemaah dari Asia Selatan seperti India, Bangladesh dan sebagainya. Dan Persia untuk jemaah Iran, Tajikistan, dan sebagainya.
Setelah mendengarkan khotbah wukuf haji 2020 yang dipusatkan di Masjid Namirah, jemaah haji akan menunaikan salat jama' taqdim dan qashar Zuhur dan Ashar. Untuk selanjutnya jemaah meneruskan ritual di Muzdalifah.
Penerjemahan khotbah ke dalam lima bahasa termasuk bahasa Indonesia sudah dilakukan sejak 2018.
Namun, kala itu penyiaran dilakukan lewat frekuensi radio.
Seiring perkembangan zaman, sekarang khotbah wukuf dalam bahasa Indonesia tersebut bisa didengarkan lewat aplikasi di ponsel dan situs Kepesidenan Dua Masjid Suci.
Pemerintah Arab Saudi sendiri tahun ini membatasi umat Islam yang bisa menunaikan ibadah haji hanya sebanyak 1.000 orang -- beberapa laporan menyebut 10.000 orang dapat ikut serta.
Kuota 1.000 orang itu 70 persen di antaranya adalah untuk orang asing. Sementara sisanya diperuntukkan bagi warga Arab Saudi.
Adapun qarga asing yang dibolehkan berhaji hanya mereka yang sudah berada di Arab Saudi sebelum
pemberlakuan penguncian wilayah atau pembatasan kegiatan.
Keputusan Pemerintah Arab Saudi menggelar haji secara terbatas ini mendapat tanggapan beragam.
Beberapa kalangan seperti Liga Muslim Dunia dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mendukung keputusan itu.
Namun, sejumlah pihak, salah satunya Iran, menyatakan kecewa karena merasa tidak diajak berunding terkait
permasalahan itu.
Selain itu, banyak pihak masih meragukan kemampuan Pemerintah Arab Saudi dalam mengendalikan penyebaran wabah Covid-19.