Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Rahmat Petugas Haji Difabel Layani Tamu Allah Sepenuh Hati: Saya Mampu dan Tidak Merasa Cacat

Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah). Ia merasa tak ada kekurangan dan tetap sigap jadi PPIH.

Penulis: Anita K Wardhani
zoom-in Cerita Rahmat Petugas Haji Difabel Layani Tamu Allah Sepenuh Hati: Saya Mampu dan Tidak Merasa Cacat
Tribunnews.com, Anita K Wardhani/MCH 2024
Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah). Ia merasa tak ada kekurangan dan tetap sigap jadi PPIH. 

TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah).

Meski tangan kirinya difabel (different ability) Rahmat tak pernah merasakan itu adalah kekurangan.

Baca juga: RPH Al-Ukaisyiyah & RPH Adhahi 2 Lembaga yang Jadi Tempat Membayar Dam Jemaah Haji Indonesia

Bagi ASN Kemenag Lampung Barat ini kondisi fisiknya tidak menghalangi langkahnya beraktivitas sebagai petugas haji bagian akomodasi melayani setiap kedatangan tamu Allah ke tanah suci Makkah.

Seperti yang dilakukannya pada minggu (2/6/2024) pagi.

Rahmat sudah menyambut jemaah haji dari Tasikmalaya yang baru datang.

Dengan senyum ramah, Rahmat tersenyum menerima kedatangan jemaah di lift.

Baca juga: RPH Al-Ukaisyiyah & RPH Adhahi 2 Lembaga yang Jadi Tempat Membayar Dam Jemaah Haji Indonesia

"Bapak ibu silakan dikamar berapa kata Rahmat sambil mengecek kartu identitas jemaah dan mengecek satu persatu kamar dan keelperluannjemaah.

BERITA REKOMENDASI

Ia mendatangi deretan koper jemaah kemudian mengecek lalu membawanya ke kamar jemaah.

Tangannya yang difabel mengatur agar koper jemaah yang dibawanya tak terjatuh.

rahmat petugas PPIH difabel 2
Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah). Ia merasa tak ada kekurangan dan tetap sigap jadi PPIH. Foto diambil saat Rahmad bersama Agus Sutisna, Kasektor 7, tempatnya bertugas.

" Saya merasa tidak cacat Apa yg dilakukan orang lain saya bisa," kata Rahmat.

"Kalau orang bisa mikul barang 20 kg saya juga biaa meski bertahap
10 kg an dua kali," ujarnya.

Rahmat bahkan juga mengatakan ia bisa mengendarai berbagai kendaraan dengan normal.
"Kalau orang lain bisa naik sepeda, naik sepeda motor, sampai menyetir mobil saya bisa," ceritanya.


Apalagi untuk menjadi pelayan tamu Allah, Rahmat menyatakan dirinya sangat siap.

"Saya kira semua orang ingin bercita-cita berkhidmat melayani duyufurrahman," kata Rahmat.

Di sela obrolan dengan MCH 2024 (termasuk Tribunnews.com), Rahmat sesekali harus berhenti karena ad apanggilan dari jemaah yang baru datang bertanya tentang layanan kamar.

"Bapak ini AC nya tiis pisan (dingin sekali), boleh minta tolong," ucap seorang jemaah yang langsung ditanggapi Rahmat.

Dengan cekatan, Rahmat menerangkan cara mengatur AC kamar pada jemaah.

"Sudah ya bu, apalagi keluhannya? Kran kamar mandi, semua aman," tanya Rahmat dan langsung disahuti ucapan terimakasih dari jemaah.

Kecekatan Rahmat bertugas diakui Agus Sutisna, Kepala Sektor 7 Makkah

Agus bahkan sampai tak bisa menahan air mata haru kalau melihat kinerja Rahmat.

"Teman-teman ini, termasuk Pak Rahmat sangat komitmen menjalankan tugas. Saya sampai bercucur air mata," kata Agus saat ditemui bersama Rahmat menyambut jemaah.

Rahmat menurut Agus memang ditugaskan di bidang akomodasi menyambut jemaah saat tiba di hotel menempatkannya di kamar masing-masing.

"Rahmat sangat bertanggungjawab. Ia menggunting stiker petunjuk di kamar semua dikerjakan sendiri. Ia bekerja dari hati," kata Agus dengan suara terbata.

Tekad Rahmat Tepis Keraguan Jemaah
Rupanya kecekatan Rahmat melayani jemaah haji adalah bagian dari caranya menepis keraguan sebagian orang akan kemampuannya.

Rahmad yang sejak 2021 bertugas sebagai staf Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kabupaten Lampung Barat, sudah kerapkali bertugas melayani keberangkatan jemaah haji melalui embarkasi setempat.

Rahmat pernah berniat berangkat melalui jalur kloter dari daerahnya.

Namun, ia sempat mendengar ada yang meragukan keterbatasan fisiknya yang difabel apakah bisa melayani jemaah langsung di kloter.

"Saya sempat dengar ada yang meragukan kemampuan saya, kalau yang melayani jemaah bahaimana karena kondisi saya ini," katanya.

Hingga akhirnya, Rahmat membaca peluang menjadi petugas haji non kloter di Petugas penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
"Saya berpikir, bagaimana biar bisa melayani jemaah tak langsung di kloter. Saya daftar lah PPIH non kloter," kata Rahmat.

Singkat cerita, Rahmat lolos dan mengikuti Bimbingan Teknis PPIH di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur hingga ditempatkan di Daker Makkah Sektor 10.

Masa Kecil hingga Peran Orangtua Membentuk Pribadi Rahmat

rahmat petugas difabel 22
Keterbatasan bukan halangan bagi Rahmat untuk maksimal melayani duyufurahman (tamu Allah). Ia merasa tak ada kekurangan dan tetap sigap jadi PPIH.

Ternyata di balik semangat dan rasa percaya diri Rahmat meski difabel tak lepas dari bentukan orangtua dan lingkungannya sedari kecil.

Masa kecil Rahmat dibikin sangat ceria oleh kedua orangtuanya.

Dia sering dibawa berkumpul dengan orang banyak dalam satu kegiatan sosial.

"Dari kecil saya selalu dibawa kegiatan sosial. Seperti hajatan. Kalau bahasa Lampung itu istilahnya Manjau bersilaturahmi. Jadi saya terbiasa saja berkumpul dengan banyak orang," kata Rahmat.

Kebiasaannya berinteraksi dengan banyak orang membuatnya percaya diri dan ia bersyukur lingkungannya menerimanya dan tidak membedakan dirinya karena difabel.

Menghabiskan masa pendidikan mulai SD, SMP, hingga Pondok Pesantren di kampung halamannya di Lampung Barat,

Rahmat juga menyetarakan pendidikannya di Fakultas Tarbiyah di UIN karena dorongan semangat dari orangtua dan 8 saudaranya.

Anak bungsu dari 9 bersaudara ini pun tak lupa selalu meminta restu dan doa saat tes PPIH Arab Saudi.

Jika tahun sebelumnya saat ikut test belum rezeki lolos, kini setelah namanya terpampang sebagai anggota PPIH, orangtuanya yang sudha berusia 94 tahun menjadi orang yang paling terharu.

" Beliau menangis haru saat saya beritahu saya lulus jadi petugas PPIH di Arab Saudi. Ini tangisan kedua ayah saya setelah ditinggal istri beliau,".

Suami dari Binti Lailatul Mukaromah ini pun tak kuasa menahan keharuan bersama saat restu didapat ini mengantarkannya menjadi pelayan tamu Allah.

Doa Rahmat di depan Kakbah

Menjadi petugas haji membuatnya berkesempatan bisa menuniakn ibadah di sela tugasnya melayani jemaah.
Pria kelahiran 14 Desember 1978 ini pun sangat syukur dan tak menyabgka bisa langsung berdoa di depan Kakbah.

Saat menginjakkan kaki di Masjidil Haram, Rahmat pun berdoa dan terus bersyukur atas karunia dari Illahi ini didapatkannya.

Ia pun menyelipkan doa agar bisa kembali ke Tanah Suci, berdoa bersama keluarga dengan istri dan kedua anaknya.

"Doa saya di depan Kakbah, ingin ke sini bersama keluarga," ucapnya lirih.

Pengalamannya membantu jemaah haji lansia membuatnya bertekad dalam doanya berharap keturunannya kelak bisa ke Tanah Suci saat usianya masih muda.

"Melihat jemaah tua, lansia tak tega. Saya ingin keturunan saya kelak bisa ke sini (Kakbah) jika usianya muda lebih sehat tenaganya," harap Rahmat.

Pesan Rahmat untuk Difabel: Yakinlah Kekurangan Kita Itu Munculkan Kelebihan

Terakhir, Rahmat berpesan pada sesama teman difabel.

Menurutnya, tidak ada larangan kesetaraan difabel, bahkan pemerintah mendorong kesamaan kaum ini sebagaimana layaknya orang kebanyakan.

"Yakinlah ada kelejihan di balik kekurangan kita. Orang lain boleh terlihat sempurn, tapi saya yakin ada kekurangan, Nah tinggal kita munculkan kelebihan kita ini. Yakin kita bisa," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas