Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Zikir, Trik Dokter Hadapi Tingkah Aneh Jemaah yang Muncul Tiba-tiba di Tanah Suci

Jemaah yang terlihat biasa begitu keluar dari ruang pemeriksaan dan berjalan menuju bus, tiba-tiba jemaah haji mengalami gangguan kesehatan.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Zikir, Trik Dokter Hadapi Tingkah Aneh Jemaah yang Muncul Tiba-tiba di Tanah Suci
TRIBUN TIMUR/AS KAMBIE
ATASI KEPANIKAN - Dokter Aria memperbaiki letak topi di sela wawancara dengan Pelaksana MCH 2024 di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Jeddah, Arab Saudi, Senin (3/6/2024). Dokter Aria menyampaikan tips atasi kepanikan jemaah haji Indonesia di Tanah Suci. 

TRIBUNNEWS.COM, JEDDAH - Tim dokter Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Bandara semakin sibuk mengurus jemaah haji.

Gangguan kesehatan jemaah haji kadang tiba-tiba terjadi sesaat setelah keluar dari ruang pemeriksaan imigrasi.

Baca juga: Seluruh Jemaah Calon Haji Gelombang I Sudah di Makkah, Beberapa yang Sakit Masih Dirawat di KKHI

Terkadang jemaah tampak biasa-biasa saja dalam pesawat, saat turun dari pesawat, bahkan saat usai pemeriksaan imigrasi.

Tapi begitu keluar dari ruang pemeriksaan dan berjalan menuju bus, tiba-tiba jemaah haji mengalami gangguan kesehatan.

Situasi seperti itulah yang kerap menimbulkan penanganan ekstra.

Beda jika jemaah memang sudah terdeteksi mengalami gangguan kesehatan sejak di embarkasi dan dalam pesawat.

Tim KKHI Bandara sudah menerima laporan kondisi jemaah dalam pesawat yang akan mendarat dari rim pendamping jemaah.

Berita Rekomendasi

Berdasar laporan itulah, KKHI merancang penanganan.

“Faktor utama yang menyebabkan jemaah lansia panik di Tanah Suci adalah kebingungan dan perubahan lingkungan yang signifikan,” kata Dokter KKHI Bandara, dr Aria, di KKIH Bandara Jeddah, Arab Saudi, Senin (3/5/2024).

Menurur Dokter Aria, kepanikan lansia dapat dicegah dengan pendampingan yang memadai, baik dari keluarga maupun pihak lain yang lebih muda.

"Pencegahan yang paling penting adalah dengan memberikan pendampingan kepada jemaah lansia," ujar dr Aria.

Pendamping lansia tidak mesti dari keluarga, tapi juga orang lain yang lebih muda dan dapat membantu jemaah dalam berkomunikasi dan beraktivitas.

“Ada beberapa faktor. Pertama, yang lansia biasanya bingung dan panik. Mereka ini perlu pendamping. Tak harus keluarga,” kata Dokter Aria.

Kedua, lanjut Dokter Aria, penanganan kognitif. Sepanjang jalan diajak ngobrol, diajak berzikir.

“Penanganan dengan obat adalah langkah terakhir. Kadang hanya bisa diatasi dengan diajak berzikir, diajak ngobrol,” ujar Dokter Aria.

Selama perjalanan, jemaah lansia diajak untuk berbincang-bincang dan berzikir agar terjalin hubungan yang baik dan nyaman. Istirahat, makan, dan minum yang teratur juga penting untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jemaah.

Baca juga: Cerita Rahmat Petugas Haji Difabel Layani Tamu Allah Sepenuh Hati: Saya Mampu dan Tidak Merasa Cacat

Perubahan lingkungan di Arab Saudi, seperti perbedaan waktu dan cuaca, serta bertemu dengan orang baru, dapat menyebabkan kebingungan dan kepanikan pada jemaah lansia.

Oleh karena itu, penting untuk mengantisipasi hal ini sejak awal, terutama bagi jemaah lansia.

"Penanganan jemaah lansia yang panik harus dilakukan secara bersama-sama, jangan biarkan mereka sendirian. Sebaiknya 2-4 orang ditugaskan untuk menemani jemaah. Sama-sama orang Indonesia, pasti akan merasa asing jika berada di negara lain," jelas Dokter Aria.

Jika ada jemaah yang terlihat panik atau bingung, usahakan untuk mencarikan orang yang dapat berkomunikasi dengan bahasa daerah mereka. Hal ini akan memudahkan proses pendekatan dan membantu jemaah merasa lebih tenang.

Penting untuk selalu berhati-hati dan menghindari potensi tindakan kekerasan terhadap jemaah yang panik. Pendekatan verbal dengan bahasa yang mudah dipahami biasanya sudah cukup untuk mengatasi situasi ini. Penggunaan obat-obatan sedapat mungkin diminimalisir.

Tantangan Armuzna, dengan jarak tempuh yang jauh dan cuaca panas, dapat berakibat pada dehidrasi, terutama pada jemaah lansia yang irit minum.

Sosialisasi tentang pentingnya minum, makan, dan istirahat yang cukup, serta berzikir, harus dilakukan sejak awal keberangkatan.

"Jika terjadi situasi panik di Tanah Suci, ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu penanganan medis atau verbal," kata dr Aria.

"Pendekatan verbal biasanya sudah cukup untuk mengatasi situasi ini, namun jika diperlukan, penanganan medis juga dapat diberikan,” katanya menambahkan.

Dengan persiapan dan pendampingan yang matang, diharapkan jemaah lansia dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan tenang.(*)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas