Jamaah Nekad Bawa Air Zam-zam Berlebih
Meski sudah dilarang membawa selain jatah dari penerbangan, jamaah calon haji (calhaj) masih saja nekad membawa air zam-zam lagi.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Antrean di kran pengambilan air zam-zam yang bersebelahan dengan rumah Nabi Muhammad SAW dilahirkan, masih tetap panjang. Meski sudah dilarang membawa selain jatah dari penerbangan, jamaah calon haji (calhaj) masih saja nekad membawanya.
Wartawan Sriwijaya Post, Muhammad Husin dari Mekkah melaporkan, jeriken air mulai dari ukuran 5 liter hingga 30 liter pun
berbaris panjang. Mereka yang mengantre berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia. Khusus untuk jemaah haji Indonesia membawa jeriken 5 liter, dengan maksud agar bisa dibawa pulang ke tanah air.
"Untuk bisa lolos dari sensor petugas bandara, jeriken tersebut ditutup rapat-rapat dan dipakai lakban serta dimasukkan ke dalam koper besar," kata Husin.
Sayangnya, pihak maktab jauh-jauh hari sebelum Hari Tarwiyah mengingatkan agar jemaah haji tidak membawa air zam-zam saat pulang. Sebab pihak penerbangan telah menyediakan 5 liter setiap jemaah. Kendati demikian, sebagian besar jemaah yang menetap di Maktab 5 Sektor 1 nomor 110 2350 sudah mengemas air zam-zam yang dibungkus berbagai ukuran. Namun begitu ada imbauan petugas sektor sebagian besar mereka kecewa, dan sebagian lagi tidak menggubris hal itu.
"Bisa-bisa kita menyimpannya di tas besar. Bos air (jeriken) kita bungkus dengan kain ihram agar aman," kata Suryanto, jemaah Kloter 10 Embarkasi Palembang.
Sebelum berangkat ke Arafah, petugas maktab kembali mengingatkan soal zam-zam dan berat tas yang tidak boleh lebih dari 32 kg. Sebab jika lebih dari ketentuan, petugas bandara akan membongkar termasuk mengeluarkan zam-zam yang dibawa jemaah.
"Mereka sudah diingatkan. Tapi sebagian masih ada juga yang memaksakan diri," imbuhnya.