Jamaah Ini Merasakan Nikmatnya Tersesat
Biasanya orang kesasar atau tersesat sangat bersedih dan kebingungan, tapi jamaah asal Tuban ini mengalami kesasar jalan yang menyenangkan.
Editor: Anita K Wardhani
Seregu jamaah asal Tuban ini mengalami kesasar jalan yang menyenangkan. Selain tidak mengalami kerugian materi mereka bahkan banyak menangguk keuntungan, termasuk keuntungan spiritual.
"Lah kok Mas tahu kalau kita tersesat?" sergah Asmah salah seorang anggota regu ketika MCH menyapa dan menebaknya sebagai jamaah sesat. Meski demikian tidak sedikit pun ada gurat kesedihan yang tampak di wajah-wajah teman-temen seregunya.
"Siang kini kita insya Allah sudah bisa tahallul tsani karena prosesi wajib haji sudah kita jalani semua. Alhamdulillah semua selesai lebih cepat akibat tidak tahu jalan," tutur Siti teman seregu Asmah.
Lebih lanjut Siti menjelaskan, regunya adalah salah satu di antara sedikit jamaah haji Indonesia yang berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, setelah paruh malam kedua menjelang. Dari pada duduk-duduk di pinggir jalan menunggu bus taroddudy (putar-balik) yang akan mengangkut mereka menuju perkemahan Mina, seregu jamaah yang saling berkomunikasi dengan bahasa Jawa yang medok ini lebih memilih berjalan kaki menuju tempat pelemparan jumroh di Mina.
Sementara hampir semua jamaah Indonesia langsung diangkut menuju perkemahannya di Mina, Asmah, Siti dan kesepuluh rekan-rekannya justru berjalan lurus dari Padestrian (areal pejalan kaki) di ujung Muzdalifah hingga ke tempat pelemparan Jumroh. Jadilah mereka langsung melempar Jumroh Aqobah sebelum mengetahui di mana letak perkemahannya di Mina.
"Setelah melempar Jumroh Aqobah dan bertahallul awal, Kami pun lalu ikut arus jamaah haji lain berjalan ke luar. Dan sesampainya di luar kami pun asal-asal mengambil jalan lurus. Eh ternyata malah sampai di Masjidil Haram," tutur Asmah.
Karena melihat kabah, lanjut Asmah, mereka pun memutuskan untuk thoowaf ifadzoh dan sai. Hingga seusai thowaf dan sai, jadilah mereka bertahallul kedua.
"Nah setelah itu, Kami pun keluar dan mencari "omprengan/kendaraan angkut massal berbayar" menuju Mina, hendak bertanya-tanya di mana pondokan kami. Namun sampai sekarang kami belum sampai di Mina," terang Siti yang serempak diiyakan oleh teman-temannya.
Namun karena Makkah sedang dilanda kemacetan di mana-mana, terutama jalur-jalur transportasi haji, seperti Masjidil Haram dan Mina, maka mobil yang mereka tumpangi tidak bisa menembus area Mina. Mereka pun asal diturunkan oleh supir di pinggir jalan. Sebuah tempat yang tidak dikenali oleh salah seorang pun di antara regu asal Tuban ini.
"Ya sudah kami pun terpaksa turun dan asal berjalan ikut arus jamaah saja, Eh sampai suatu ketika kami melihat gedung berbendera Indonesia. (MCH)