Dubes Israel: Palestina Belum Siap Menjadi Negara
Duta Besar Israel untuk PBB mengatakan Palestina tidak siap untuk menjadi sebuah negara, sehingga ia meminta kepada masyarakat
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, NEWYORK - Duta Besar Israel untuk PBB mengatakan Palestina tidak siap untuk menjadi sebuah negara, sehingga ia meminta kepada masyarakat internasional untuk mempertimbangkan dengan matang peromohonan otoritas Palestina untuk meningkatkan status negara mereka di PBB.
Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor, mengatakan, langkah Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, untuk memohon peningkatan status negara Palestina di PBB dari negara pengamat menjadi negara pengamat non-anggota, merupakan sebuah kesalahan dan bukannya membentuk solusi konstruktif di meja perundingan dengan Israel.
Menurut Prosor, inisiatif tersebut bersifat prematur, dengan empat alasan. Alasan pertama bebernya, adalah, wilayah yang dimana Palestina berusaha untuk menyatakan kedaulatan mereka, terbagi atas beberapa faksi yang saling bertikai di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hal itu ia buktikan dengan fakta bahwa Abbas belum sekalipun menginjakkan kakinya di daerah sepanjang garis pantai, sejak partainya digulingkan oleh Hamas dalam perang sipil di tahun 2007.
Alasan kedua, bebernya, negara yang diakui keberadaanya oleh PBB harus berjanji menjaga kedamaian, namun klaim Prosor hal itu tidak tercermin dari Palestina, dimana hal itu terlihat lebih dari 1.200 roket yang ditembakan dari wilayah Gaza yang dikuasai oleh Hamas, ke wilayah Israel pada bulan ini.
"PBB tidak perlu anggota yang mengimpor senjata mematikan dan mengekspor ekstremisme, kebencian, dan teror," tuturnya, seperti diberitakan oleh Jpost.com, Kamis (29/11/2012).
Alasan ketiga, beber Prosor, adalah tidak ada pihak yang tepat untuk memerintah Palestina. Ia mengatakan kelompok Hamas, yang berkuasa di Jalur Gaza mendapatkan sorotan karena memberlakukan tirani brutal, sedangkan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas sudah habis mandatnya tiga tahun lalu.
Keempat, tuturnya, perekonomian Palestina sangat morat-marit, menurut perekonomian Palestina saat ini, sepenuhnya tergantung pada bantuan asing.
Ia menyimpulkan bahwa untuk tercapainya negara Palestina dengan damai hanya dapat dilakukan melalui pembicaraan langsung dengan Israel.