Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengerikan, Mafia Cina Rela Membunuh Demi Bayaran Rp 52 Juta

Sampai dengan 1969 Menteri dan yakuza masih bisa bertemu terbuka, tak ada masalah. Lalu perundangan Anti-Yakuza

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Mengerikan, Mafia Cina Rela Membunuh Demi Bayaran Rp 52 Juta
AFP
ILUSTRASI 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Sampai dengan 1969 Menteri dan yakuza masih bisa bertemu terbuka, tak ada masalah. Lalu perundangan Anti-Yakuza tahun 1991 jauh menutup pintu yakuza agar tak bisa banyak bergerak lagi. Demikian dilaporkan Tribunnews.com, Senin (4/2/2013), dari Tokyo, Jepang.

Kemudian pembaharuan perundangan tahun 2008, ditambah UU Anti Narkoba 1992, UU Hukuman bagi sindikat organisasi kejahatan tahun 2000, UU Anti Transfer Yang Dilakukan Penjahat (2007), untuk mengantisipasi pemalsuan di bidang finansial, money laundering (pencucian uang), arus uang antarnegara yang dilakukan yakuza menjadi target perundangan tersebut. Akhirnya penyempurnaan UU Anti Yakuza secara total yang diberlakukan Oktober 2011, membuat yakuza benar-benar "mati" tak bisa bergerak dari segi hukum.

Begitu kuat gerakan anti yakuza saat ini di Jepang. Namun ada kelompok asing yang lepas dari perundangan itu karena bukan kelompok terorganisasi yang ditargetkan perundangan tersebut sehingga secara hukum masih bisa lebih bebas bergerak.

Mereka adalah kelompok penjahat asing, antara lain kelompok penjahat China (dan keturunan China) yang ada di Jepang. Biasa polisi menyebutnya Chuugoku Mafia.

Data kepolisian Jepang memperlihatkan bahwa memang orang asing yang paling banyak membuat kejahatan di Jepang adalah orang China, lalu orang Korea. benar-benar identik dengan kotoran, sampah, tempat buang air kecil masyarakat, pencuri, prostitusi, terkait segala kegiatan kekerasan, ilegal dan percabulan dilakukan semua oleh mereka. Kejahatan dari paling terendah sampai yang umum seperti pencurian penjambretan.

Seorang mantan polisi Jepang yang kemudian menjadi detektif di Jepang juga mengungkapkan bahwa mafia China itu dapat membunuh orang yang kita inginkan. Cukup dengan memberikan mereka 500.000 yen atau sekitar Rp 52 juta (kurs Rp 104 per yen) maka mereka akan membunuh orang yang kita inginkan di Jepang.

Berita Rekomendasi

Berbagai bentuk kekerasan, narkoba, money laundering, human trafficking, dan segala macam kejahatan, termasuk mudah melakukan pembunuhan, memang banyak dilakukan dengan berani oleh penjahat Cina di Jepang, ungkap sumber polisi Jepang.

Yakuza pun mengakui, dalam sebuah survei tahun 2011, sekitar 11,3 persen dari kelompok penjahat China ini bekerjasama dengan yakuza. Sedangkan pihak penjahat Korea atau keturunan Korea, sekitar 25 persen terlibat dengan yakuza, atau menjadi anggota yakuza.

Dengan UU yang terbaru, yakuza tak bisa "menyentuh" masyarakat dan sebaliknya, strategi baru yakuza adalah memperalat kelompok lepasan penjahat China, Korea atau pun anak-anak berandal sepeda motor liar, kelompok kanan dan sebagainya, untuk menjadi pencetak uang bagi kelompok yakuza. Mereka bekerja tentu dapat komisi, selebihnya (uang pokok terbesar) disetorkan ke kelompok yakuza. Ibaratnya, Kelompok Penjahat di dalam penjahat.

Tentu saja kalau tertangkap polisi saat melakukan kejahatan, biasanya kelompok yakuza akan menolak kejahatan tersebut, tidak tahu dan sebagainya. Apabila si pelaku yang tertangkap "menghianati" yakuza, maka anggota yakuza lain akan dikerahkan, diupayakan orang tersebut dibunuh agar kelompok yakuza tidak "tercemar" oleh orang yang tertangkap itu.

Memang mengerikan kelompok penjahat China di Jepang. Yang ada di otak mereka hanya uang uang dan uang. Itulah yang membedakan dengan yakuza, yang masih melihat etika dan sopan santun, dan uang bukan nomor satu. Demikian ejekan yang sering dilakukan oleh mafia China yang ada di Jepang.

INTERNASIONAL TERBARU

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas