Pria Jepang Takluk di Kaki Perempuan Bule Berdada Besar
Trans-Pacific Partnership (TPP) ternyata tidak menyangkut perdagangan dan pertanian saja.
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Trans-Pacific Partnership (TPP) ternyata tidak menyangkut perdagangan dan pertanian saja. Kalangan bisnis hiburan malam menjadi semakin ketakutan pula setelah Jepang menyetujui bergabung ke dalam TPP. Masalahnya di mana ya?
Menurut majalah Shukan Jitsuwa terbitan 4 April 2013, yang dikutip Tribunnews.com, Selasa (01/04/2013), dengan bergabungnya Jepang ke dalam TPP ternyata peraturan masuk orang asing kemungkinan besar akan semakin dikendorkan. Kalau semakin mudah masuk orang asing maka akan semakin banyak wanita malam berkunjung ke Jepang merebut bisnis dunia malam Jepang.
"Begitu Jepang setuju masuk TPP, peraturan imigrasi masuk bagi orang asing pasti akan semakin dipermudah dan wanita asing akan masuk juga ke daerah hiburan malam untuk bekerja di sana dan kita orang Jepang akan tersaingi berat," ungkap sebuah sumber di dunia malam kawasan Kabukicho Shinjuku Tokyo.
Mereka, kalangan wanita asing kemungkinan akan pasang tarif lebih murah sehingga wanita Jepang akan sulit mendapatkan pelanggan, tambahnya.
"Kalau peraturan diperingan masuk bagi wanita asing, maka bar-bar, klub malam akan dipenuhi banyak wanita Filipina," tambahnya lagi.
Citra wanita Filipina di Jepang memang kurang baik, tergambar seperti wanita PSK. Tribunnews.com pun saat berjalan dengan teman wanita dari Indonesia, dari kedekatan seorang ibu menyindir "Oh, itu kan wanita Filipina," dengan nada sinis, menyangka orang Indonesia sebagai orang Filipina.
Mereka akan masuk daerah fuzoku (dunia seks malam) di Jepang, jelas sumber itu lagi. Masuknya kurofune,istilah bagi wanita Asia, non-Jepang, yang berkulit agak hitam ternyata juga berdampak bagi pria Jepang.
Kalangan pria Jepang menurut sumber dunia malam tersebut ternyata lemah dengan wanita Asia, "Bukan hanya lemah dengan wanita Asia, pria Jepang juga lemah dengan wanita bule berambut pirang yang memiliki buah dada yang besar. Mereka akan laku keras di Jepang, banyak disukai pria Jepang," ungkapnya lagi.
Dengan semakin longgar peraturan masuk orang asing ke Jepang, kalangan yakuza pun akan semakin banyak memanfaatkan hal itu untuk memperdagangkan wanita Filipina dan Thailand di Jepang.
Perdagangan perempuan di Jepang dari segi bisnis memang menguntungkan karena satu manusia setidaknya mendapatkan komisi sebesar 50.000 yen atau sekitar Rp 5,2 juta (kurs Rp 104 per yen) dari yang memintanya.
Paspor wanita asing biasanya ditahan Yakuza dan dipekerjakan seperti kerja rodi, kerja paksa, dengan dalih untuk menebus paspor dan uang tiket yang dipakainya mengirimkan wanita ke Jepang. Inilah perdagangan manusia saat ini yang terjadi di Jepang khususnya kepada kalangan wanita asing dan Jepang juga.
Info lengkap Yakuza bacalah di www.yakuza.in