MUI Paparkan Manfaat Label Halal di Simposium Internasional di Jepang
Penggunaan label halal mudah. Bukan hanya untuk orang muslim saja, tetapi justru untuk kemakmuran
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Penggunaan label halal mudah. Bukan hanya untuk orang muslim saja, tetapi justru untuk kemakmuran dan kebahagiaan manusia secara umum dan keseluruhan. Untuk itu kita perlu memahaminya dengan sepenuhnya maksud mendasar dari halal tersebut.
Demikian diungkapkan Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) kepada Tribunnews.com dan saat berbicara di Simposium Makanan Halal Internasional ke-1, Rabu(8/5/2013), di Tokyo.
"Tidak benar kalau label halal menyulitkan banyak orang. Label halal justru hal yang wajar dan untuk kepentingan manusia secara keseluruhan sebenarnya supaya aman (safe) dan bukan hanya untuk kalangan muslim saja," paparnya.
Pihak MUI membuat label halal dengan mendasarkan dan mempertimbangkan dua hal yaitu dari unsur sains teknologi dan dari unsur kepercayaan berupa fatwa yang dikeluarkan para alim ulama.
"Dengan adanya label halal, kita tidak lagi kabur atau berada di daerah abu-abu, tapi sudah ada kepastian sebuah makanan itu halal atau haram. Dengan demikian akan aman manusia yang menyantapnya. Pihak LPPMOK MUI bersama lembaga lain di beberapa negara seperti Malaysia Singapura dan Brunei sedang menggarap standar halal bersama."
Dunia Islam satu dan bersatu, apalagi dari segi kepercayaan sama sekali tak ada masalah. Tapi dari segi teknis (sains dan teknologi) itulah justru yang membuat adanya perbedaan satu negara dengan negara lain.
Brunei misalnya menggunakan teknik dan alat teknologi tertentu menurut kepercayaan mereka mungkin dengan cara tersebut tidak halal. Sementara Indonesia dan Malaysia misalnya menganggapnya halal.
"Kita tidak bisa dan tidak boleh menghancurkan kepercayaan orang dari negara lain. Jadi di situlah yang lama, mencoba menyamakan kepercayaan terhadap penggunaan teknis tertentu. Jadi bukan karena susah akibat beda kepercayaan. Itulah yang membuat lama dan panjang diskusi kami dengan banyak pihak dan negara dalam menentukan standar halal bersama," tekannya lagi.
Sementara itu Lukmanul juga mengungkapkan bahwa saat ini produsen mobil Jepang sangat banyak sekali memproduksi dan menjual mobilnya di Indonesia, "Jangan takut kita tidak mengharuskan mereka untuk mencantumkan label halal di mobilnya," papar Lukmanul lagi yang disambut tawa peserta seminar.
Meskipun demikian menurut Prof Dr Namikawa Ryoichi, profesor Chukyo University Jepang, menuturkan bahwa di Malaysia menerapkan sertifikat halal bagi perusahaan transportasi saat ini. Sementara Indonseia belum ada ketentuan ini.
"Di Indonesia sudah mulai ada perusahaan transportasi yang meminta label halal bagi perusahaannya. Mungkin di masa depan, masih lama, Indonesia bisa saja menerapkan demikian. Perlahan-lahanlah supaya tenang dan lancar, biar tidak ribut," paparnya lagi kepada Tribunnews.com.
Lukmanul juga mengajak organisasi Islam di mana pun yang tertarik kerjasama dengan LPPMOK bagi yang ingin mengetahui standar halal tersebut dipersilakan, "Di Jepang sudah ada Asosiasi Islam di Fukuoka yang bekerjasama dengan kami. Demikian pula di Australia ada 11 organisasi muslim dan di Amerika Serikat sudah ada 14 lembaga yang kerjasama dengan kami. Yang penting harus organisasi Islam dan dipimpin kalangan muslim," tekannya lebih lanjut.