Penduduk Takamatsu Berparade Tolak Kehadiran Anggota Yakuza
Seorang pejabat tinggi pemerintahan Indonesia sempat menyebut potong jari (Yubitsume, bahasa Jepang)
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat tinggi pemerintahan Indonesia sempat menyebut potong jari (Yubitsume, bahasa Jepang) bagi para koruptor. Di Jepang hal ini hanya berlaku bagi mafia (Yakuza) Jepang. Apabila berbuat atau dianggap bersalah, harus Yubitsume, harus potong jari. Kini gerakan anti-Yakuza mulai besar di Jepang seperti dilakukan Jumat (4/10/2013) di kota Takamatsu, 2 jam berkereta api dari kota Osaka.
Penduduk Takamatsu bersama pihak kepolisian seharian melakukan parade keliling kota tersebut kemarin, yang diliput Tribunnews.com di sini.
Pusat parade di Pusat Perbelanjaan kota Takamatsu yang dihadiri lebih dari 100 orang, disemarakkan dengan bank dari kepolisian perfektur Kagawa.
Masyarakat yang ada di Stasiun Kawaramachi sekitarnya dan penduduk Nakanocho, semua berkumpul, berparade, berkampanye untuk mengusir Yakuza dari sana dengan berbagai spanduk dan membagikan selebaran anti-Yakuza juga.
Mereka meminta agar para pedagang, pemilik toko semuanya mengusir Yakuza, jangan membiarkan Yakuza masuk ke dalam toko dan tempat dagang mereka.
Kota Takamatsu ini pada bulan September 1997, terjadi pembunuhan menggunakan pistol oleh Yakuza, terjadi semacam perang antar-geng pula di sana di tengah masyarakat sehingga menimbulkan korban.
Asosiasi penduduk setempat memainkan peran utama dalam upaya mengusir ke luar para anggota Yakuza tersbeut. Bekerjasama dengan polisi, mereka mengembangkan dengan penuh semangat pergerakan anti Yakuza.
"Untuk menghilangkan kekerasan kota, saya ingin kita semua memiliki rasa tinggi agar tidak terlibat dalam geng kejahatan Yakuza tersebut," papar Toyoshima (78), kepala asosiasi penduduk setempat yang aktif di dalam parade tersebut.