Orang Afrika Selatan Mengira Indonesia itu Malaysia
Sebenarnya Afrika Selatan (Afsel), terutama Cape Town, amat dekat dengan Indonesia
Editor: Gusti Sawabi
"Ha-ha-ha-ha.... Ternyata banyak kata yang sama ya," ujarnya ketika saya menjelaskan persamaan kata Indonesia dan Afrikaan, bahasa mereka.
Beberapa persamaan itu antara lain kata "terima kasih" (orang Cape Town menulis tramakasie), belajar, berkelahi, piring, pisang, rokok, dan sebagainya.
Menurut buku "Indonesians in South Africa: Historical Links Spanning Three Centuries", orang Indonesia juga bangsa asing pertama yang didatangkan VOC ke Afsel. Orang Indonesia pula, dimotori Syeikh Yusuf dari Goa (sekarang Gowa), Makassar, yang membawa agama Islam ke Afsel. Bahkan, makamnya masih ada di daerah yang dulu disebut Zandvliet dan sejak lama berganti menjadi Kampung Macassar.
Yang menyedihkan, orang Afrika Selatan tak tahu bahwa batik yang sering dikenakan tokoh mereka, Nelson Mandela, berasal dari Indonesia. Ketika ditanya pakaian Mandela itu, mereka tak menyebut batik, tapi "Madiba's Shirt". Madiba adalah sebutan sayang untuk Mandela.
Program Tukar Pelajar
Salah kaprah itu menjadi tugas besar Indonesia. Harus ada silaturahim yang kuat, baik secara kultural maupun edukasional.
Itu pula sebabnya, Kedutaan Besar RI di Pretoria mulai menjalankan program Darmasiswa. Program ini memberi beasiswa kepada orang Afsel untuk belajar di Indonesia sehingga mereka nanti diharapkan akan memberi informasi yang benar kepada masyarakatnya tentang Indonesia.
Selain itu, setiap tahun KBRI juga menggelar pertunjukan di Afsel, memperkenalkan budaya Indonesia. Dengan demikian, lambat laun masyarakat Afsel akan benar-benar dekat dengan Indonesia. Pasalnya, pada dasarnya kedua negara ini amat dekat secara kultural dan genetis, terutama masyarakat Cape Malay.
Namun, melihat kesalahkaprahan itu, perlu kegiatan atau hubungan yang lebih intensif dan kreatif karena kedekatan hubungan akan berimbas ke banyak hal, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. (Hery Prasetyo)