Penduduk Kamp Pengungsi Bentrok dengan Polisi Palestina
Setidaknya 50 orang terluka dalam bentrokan antara polisi Palestina dan para penduduk kamp pengungsi di Tepi Barat, Minggu (12/1/2014).
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 50 orang terluka dalam bentrokan antara polisi Palestina dan para penduduk kamp pengungsi di Tepi Barat, Minggu (12/1/2014).
Aksi yang dilakukan oleh para pengungsi yang menetap di kamp Jalazoun, di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel, itu terjadi setelah para pekerja Badan Bantuan dan Pekerja PBB (UNRWA), yang merupakan warga lokal, menggelar aksi mogok menuntut kenaikan gaji.
Akibatnya UNRWA, yang mempekerjakan lebih dari 5.000 warga Palestina untuk melayani 730 ribu pengungsi di 19 tempat penampungan di Tepi Barat, terpaksa menutup sekolah-sekolah, klinik dan menunda pengumpulan sampah di tepat penampungan akibat demonstrasi.
"Kami tidak ada hubungannya dengan pemogokan yang terjadi, dan kami ingin suara kami didengar," ujar Mohammed Najar, seorang pengungsi di Jalazoun.
"Situasi yang terjadi di sini (kamp pengungsi) tidak dapat ditoleransi: tidak ada sekolah, tidak ada klinik dan sampah yang menumpuk di mana-mana," katanya.
Adnan Al-Dmairi, juru bicara pasukan keamanan Palestina di Tepi Barat, mengatakan pihak berwenang bersimpati dengan para pengungsi namun tidak akan mentolerir gangguan keamanan.
Seorang juru bicara kepolisian Palestina mengatakan sedikitnya 40 anggota polisi terluka oleh batu yang dilemparkan oleh pengunjuk rasa. Polisi menanggapinya dengan menembakan gas air mata dan peluru tajam ke udara, melukai lebih dari 10 orang.
Badan PBB mengatakan mereka berusaha untuk mengakhiri pemogokan tetapi tidak memiliki dana untuk memenuhi tuntutan upah. Ia juga mengatakan karyawannya dibayar minimal 20 persen dan dalam beberapa kasus 80 persen lebih daripada karyawan sektor publik di bidang yang setara. (reuters.com)