Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Klaim Malaysia Airlines MH370 Jatuh di Teluk Benggala Dibantah

etapi Badan Pusat Koordinasi Gabungan (JACC) Australia, yang memimpin pencarian, meremehkan informasi tersebut.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Klaim Malaysia Airlines MH370 Jatuh di Teluk Benggala Dibantah
LSIS BRADLEY DARVILL / AUSTRALIAN DEFENCE / AFP
Foto ini diambil pada 17 April 2014 memperlihatkan saat Kendaraan Bawah Laut Otomatis (AUV), Artemis, tengah dikerek dari atas kapal Australia, Ocean Shield untuk kemudian bekerja mencari pesawat Boeing milik Malaysia Airlines yang hilang dan diduga jatuh di Samudra Hindia. 

TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Pihak berwenang Australia, Rabu (30/4/2014), membantah klaim sebuah perusahaan eksplorasi  yang mengungkap, material yang ditemukan di Teluk Benggala kemungkinan berasal dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang satu setengah bulan lalu.

Sebelumnya, perusahaan GeoResonance, yang berbasis di Adelaide dikutip media Malaysia dan Channel Seven Australia, mengatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi apa yang kemungkinan merupakan puing-puing dari pesawat itu. Puing-puing itu terdapat di 5.000 kilometer dari lokasi pencarian saat ini.

Selasa kemarin, penjabat Menteri Transportasi Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, ia sedang memverifikasi informasi tersebut, tetapi Badan Pusat Koordinasi Gabungan (JACC) Australia, yang memimpin pencarian, meremehkan informasi tersebut.

"Lokasi MH370 yang dinyatakan oleh laporan GeoResonance (di Teluk Benggala) tidak berada dalam zona pencarian dan penyelamatan Australia," kata seorang juru bicara badan pemerintah itu kepada kantor berita AFP.

"Pencarian yang dipimpin Australia mengandalkan informasi satelit dan data lainnya untuk menentukan lokasi pesawat yang hilang tersebut. Lokasi yang dinyatakan laporan GeoResonance tidak berada di dalam busur pencarian yang berasal dari data tersebut.

Tim gabungan internasional yakin bahwa tempat peristirahatan terakhir pesawat yang hilang itu adalah di bagian selatan busur pencarian."

Pesawat Malaysia Airlines tujuan Beijing yang membawa 239 orang itu hilang tak lama setelah lepas landas dari Kuala Lumpur pada tanggal 8 Maret.

Berita Rekomendasi

 Berdasarkan perhitungan yang melibatkan kecepatan pesawat, bahan bakar dan data satelit, para penyelidik yakin pesawat itu menyimpang dari jalur sebenarnya dan jatuh ke Samudra Hindia bagian selatan di lepas pantai Australia, meskipun pencarian besar-besaran untuk mencari bukti sejauh ini tidak menemukan apa pun di permukaan atau pun di bawah laut.

Pencarian via udara telah dihentikan, sementara pencarian di dasar laut oleh sebuah kapal selam mini tanpa awak dan teknologi lainnya sedang diperluas di dasar laut seluas sekitar 56.000 kilometer persegi.

GeoResonance, yang mengkhususkan diri dalam survei geofisika untuk mencari minyak dan gas, air tanah, dan uranium, mengatakan, penelitiannya yang menggunakan foto-foto dari satelit dan pesawat telah mengidentifikasi material di dasar laut yang sesuai dengan material sebuah pesawat. Perusahaan itu mengatakan, pihaknya telah memantau area lebih dari 2.000.000 kilometer persegi.

"Kami mendeteksi adanya elemen-elemen kimia dan material yang digunakan untuk membuat sebuah Boeing 777, misalnya aluminium, titanium, tembaga, baja, dan material lainnya," kata Pavel Kursa, seorang perwakilan perusahaan itu kepada stasiun televisi Australia, Channel 7News.

Seorang perwakilan lain dari perusahaan itu, David Pope, mengatakan kepada televisi yang sama, "Kami tidak mengatakan puing-puing itu pasti MH370, tetapi kami rasa itu petunjuk yang bisa ditindaklanjuti."

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas