Mahathir Mohamad Tuding CIA Bajak Malaysia Airlines MH370
Mahathir Mohamad, menyebutkan keberadaan pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines MH370? Silakan tanya kepada Dinas Intelijen AS (CIA).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pernyataan terbaru mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, menyebutkan keberadaan pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines MH370? Silakan tanya kepada Dinas Intelijen AS (CIA).
Pernyataan itu ditulis di dalam blog pribadinya, Mahathir mengatakan, dengan bantuan teknologi canggih yang dimiliki Boeing, CIA atau "organisasi tertentu" sangat mungkin membajak MH370 dari jarak jauh.
"Hanya membuang waktu dan uang untuk mencari bocoran minyak atau mendengar 'ping' dari kotak hitam. Ini bukan kecelakaan biasa. Pesawat ini ada di satu tempat mungkin tanpa adanya tanda pengenal MAS (Malaysia Airlines)," kata Mahathir.
"Seseorang menyembunyikan sesuatu. Jadi tak adil jika MAS dan Malaysia yang dipersalahkan," tambah Mahathir.
Mahathir, yang menjadi perdana menteri Malaysia 1981-2003, mengutip sebuah artikel dari situs flightglobal.com yang terbit pada 2006 sebagai dasar pernyataannya.
Artikel itu menulis bahwa CIA bisa mengaktifkan sistem pilot otomatis dari jarak jauh untuk mencegah teroris mengendalikan sebuah pesawat terbang.
"Pesawat itu bisa saja mendarat dengan selamat atau bisa saja jatuh, tapi pesawat tak bisa menghilang begitu saja. Terutama masa kini dengan semua sistem komunikasi yang bisa beroperasi dengan segera dan memiliki kapasitas penyimpanan data yang sangat besar," papar Mahathir.
Mahathir juga mempertanyakan keterlibatan Boeing dalam menghilangnya MH370, khususnya sebuah sistem yang bisa mengunci sistem kendali pesawat dan mendaratkannya secara otomatis.
Politisi senior ini juga mempertanyakan ketersediaan data yang digunakan satelit untuk melacak keberadaan pesawat tersebut.
"MH370 adalah pesawat buatan Boeing. Pesawat itu dibuat dan diperlengkapi oleh Boeing, sehingga semua peralatan komunikasi dan GPS harus dipasang oleh Boeing," lanjut Mahathir.
"Jika sistem itu gagal berfungsi, Boeing harus tahu penyebabnya dan Boeing harus memastikan bahwa sistem ini tak bisa dengan mudah dimatikan karena sangat vital bagi keamanan dan operasional pesawat," Mahathir menegaskan.