Serangan Bom di Benghazi, Puluhan Tentara Libya Tewas
Pemerintahan sementara negara itu terus berhadapan dengan sejumlah milisi yang dulu berjuang untuk menggulingkan Khadafy.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BENGHAZI - Puluhan tentara tewas dan lebih dari 70 lainnya terluka dalam serangan bom mobil dan bentrokan antara tentara dan kaum militan Islam di sekitar bandara Benghazi, kata juru bicara militer Libya, Jumat (3/10/2014), saat PBB mengancam untuk menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah orang dan lembaga di negara itu.
"Sebanyak 36 tentara tewas pada Kamis dalam tiga serangan bom mobil, yang diikuti dengan pertempuran antara tentara dan kaum militan Islam," kata juru bicara satuan pasukan khusus kepada kantor berita AFP.
Dua bom mobil meledak ketika sebuah konvoi tentara melintas dekat bandara, kata jurubicara itu. Lalu, serangan bom ketiga terjadi, juga dekat bandara.
Libya telah berada dalam kekacauan sejak Moamar Khadafy yang berkuasa begitu lama di negara itu digulingkan dalam pemberontakan yang didukung NATO tiga tahun lalu.
Pemerintahan sementara negara itu terus berhadapan dengan sejumlah milisi yang dulu berjuang untuk menggulingkan Khadafy.
Parlemen, yang dipilih pada Juni lalu, diakui oleh masyarakat internasional tetapi diperdebatkan oleh kaum milisi yang mengendalikan ibukota Tripoli dan militan Islam yang mengendalikan kota Benghazi di wilayah timur negara itu.
Benghazi kini menjadi lokasi reguler bukan hanya pertempuran tetapi juga pembunuhan anggota pasukan keamanan, aktivis politik dan wartawan.
Kelompok militan Islam sejak September lalu berusaha untuk menguasai bandara Benghazi, benteng terakhir yang tersisa di kota itu bagi pasukan yang setia kepada mantan jenderal Khalifa Haftar, yang melancarkan serangan militer terhadap para pemberontak pada Mei.
Pada Rabu, milisi Dewan Revolusi Syura, yang mencakup kelompok militan Islam Ansar al-Sharia, melancarkan serangan baru terhadap bandara itu, yang memiliki landasan untuk penerbangan sipil dan militer.
Jenderal Sagr al-Jerushi, seorang pembantu Haftar, mengatakan sejumlah pesawat tempur dan helikopter digunakan untuk memukul mundur kaum militan Islam yang merangsek ke bandara itu.
Di New York, Dewan Keamanan (DK) PBB pada Kamis mengancam untuk menerapkan sanksi terhadap mereka yang menolak perdamaian di Libya. Dalam sebuah pernyataan bersama, 15 anggota dewan "menyatakan kesiapan mereka untuk menerapkan sanksi, termasuk pembekuan aset dan larangan perjalanan, terhadap individu atau entitas yang mengancam perdamaian dan stabilitas Libya atau merusak transisi politik".
Langkah itu merupakan upaya nyata guna menopang pembicaraan yang sedang ditengahi PBB guna mengakhiri kekerasan di negara itu.
Perundingan putaran pertama diadakan pada tanggal 29 September, tetapi kaum milisi yang mengendalikan Tripoli dan kaum militan jihad di Benghazi telah menolak inisiatif perdamaian itu.
Putaran pembicaraan berikutnya dijadwalkan setelah liburan Idul Adha, yang berakhir hari Minggu malam mendatang.
Para tentara yang terluka dalam kekerasan hari Kamis telah dibawa ke rumah sakit di Al-Marj, sekitar 100 kilometer di timur Benghazi.
Pada saat bersamaan, sumber di rumah sakit Al-Hawari Benghazi mengatakan, 23 kaum militan Islam yang terluka telah dirawat di sana, beberapa dari mereka dalam kondisi kritis.
Seorang pejabat kementerian kesehatan mengatakan, 79 orang tewas di Benghazi pada September lalu.
Sementara Human Rights Watch (HRW) mengatakan, lebih dari 250 orang telah meregang nyawa di sana dan di Derna, basis militan Islam lainnya yang lebih ke timur, sejak awal tahun ini.