Kerusuhan Pecah di Ferguson, Penjual Senjata Untung
Pecahnya kerusuhan di kota Ferguson, Senin (24/11/2014), mendongkrak jumlah penjualan senjata api
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, FERGUSON - Pecahnya kerusuhan di kota Ferguson, Senin (24/11/2014), mendongkrak jumlah penjualan senjata api di negara bagian Missouri, Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari orangeville.com, Selasa, jumlah permintaan senjata api pada bulan November tahun ini, naik tiga kali lipat di bulan yang sama pada tahun lalu, yaitu 708 aplikasi dari 233 aplikasi.
Sebuah toko penjualan senjata api yang berada di St Louis, Metro Shooting Supplies menjual ratusan senjata api dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami sudah menjual beberapa ratus senjata dalam beberapa minggu terakhir," kata pemilik toko, Steven King.
"Orang-orang berpikir kota ini akan memiliki banyak masalah dengan kerusuhan dan penjarahan," ujarnya.
King mengatakan penjualan di tokonya naik lima kali lipat sejak tahun lalu, yang diyakininya didorong kerusuhan yang pecah di Ferguson.
Untuk menggambarkan bagaimana rasa takut telah merasuk ke dalam tulang para penduduk Misouri, ia bercerita tentang seorang pelanggan yang membeli senjata api di tokonya.
Dia mengatakan pelanggannya merupakan seorang ibu dari seorang gadis berusia delapan tahun. Ia datang untuk membeli senjata pertamanya.
"Dia berkata, jika sesuatu terjadi kepada (putri saya) Saya tidak pernah bisa hidup dengan diriku sendiri," katanya.
Wanita itu tidak segan-segan mengucurkan 862 US Dollar, untuk membeli sepucuk senjata api, merek Smith & Wesson, 9 mm, sebuah kotak penyimpanan, dan sebungkus peluru berongga.
King mengatakan orang-orang tidak mengkhawatirkan demonstrasi yang terjadi, namun kelompok sempalan yang memanfaatkan situasi, seperti mencuri.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan demonstran membakar mobil polisi dan melakukan penjarahan setelah juri di Ferguson, Missouri, memutuskan polisi yang menembak remaja kulit hitam Michael Brown bebas dari dakwaan.
Keluarga Michael Brown kecewa dengan keputusan atas polisi bernama Darren Wilson itu, tetapi meminta masyarakat untuk tenang. Kasus ini memicu ketegangan rasial di AS dan banyak pihak di komunitas Afrika Amerika menyerukan agar Wilson dijerat dengan pasal pembunuhan.(orangeville.com)