Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Asaad Pecat Dua Pejabat Intelijen Lantaran Bertikai

"Jenderal Rustom Ghazalef, kepala intelijen politik dan Jenderal Rafiq Shehadeh, kepala intelijen militer, dipecat awal pekan ini oleh Presiden Assad"

Penulis: Y Gustaman
zoom-in Presiden Asaad Pecat Dua Pejabat Intelijen Lantaran Bertikai
AFP
Kepala intelijen politik Suriah, Rustom Ghazaleh. Foto diambil pada 2011. (AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, SURIAH - Presiden Suriah Bashar al-Asaad memecat dua pejabat tinggi intelijennya setelah keduanya terlibat pertikaian hebat, ujar sumber terpercaya dari pejabat keamanan Suriah di Damaskus kepada AFP dan dilansir Al Arabiya, Jumat (20/3/2015).

"Jenderal Rustom Ghazalef, kepala intelijen politik dan Jenderal Rafiq Shehadeh, kepala intelijen militer, dipecat awal pekan ini oleh Presiden Assad setelah keduanya ribut," ujar sumber tersebut.

Posisi Ghazaleh digantikan mantan wakilnya , Nazih Hassoun, sementara posisi kepala intelijen militer kini dipegang Mohamed Mahall, terang sumber tersebut.

Dua jenderal ini dicopot setelah terlibat cekcok besar karena menyoal keterlibatan Ghazaleh dalam konflik di garis depan sebelah selatan Suriah, masih kata sumber tersebut.

Ghazaleh dikabarkan terlibat lebih jauh dalam pertempuran melawan pejuang pemberontak di provinsi Daraa, selatan Suriah, tempat dia dilahirkan.

Menurut sumber, Shehadeh yang berseberangan dengan Ghazaleh juga ambil bagian dalam pertempuran di mana pasukannya mendapat sokongan dari gerakan Hizbullah Syiah Libanon.

"Sebuah perselisihan hebat pecah dan Shehadeh sampai memukuli Ghazaleh," ungkap sumber itu.

BERITA TERKAIT

Ghazaleh sempat dirawat di rumah sakit setelah pertikaian dua minggu lalu. Belakang ia dirawat lagi karena menderita komplikasi dan hipertensi. "Kondisinya kritis," kata si sumber.

Ghazaleh dan Shehadeh menempati jabatan prestisius pada Juli 2012. Mereka dipromosikan setelah sebuah serangan bom menewaskan empat pejabat tinggi militer pemerintahan Asaad.

Shehadeh sebelumnya kepala intelijen militer di pusat provinsi Homs, di awal rezim Assad mendapat perlawanan dari kelompok pemberontak.

Sementara Ghazaleh menjabat kepala keamanan militer di Damaskus sebelum dipromosikan. Ia dianggap orang kuat Assad, sejak menjadi presiden pada 2000, menggantikan ayahnya Hafez.

Pada 2002, Ghazaleh menjabat kepala intelijen militer Suriah di Lebanon. Ia sempat dituduh melakukan intervensi secara luas dalam urusan politik negara.

Para saksi kerap menuding Ghazaleh sebagai tersangka pada 2005 saat merencanakan pembunuhan terhadap Rafiq Hariri, mantan perdana menteri Libanon. Tapi pengadilan internasional tidak mendakwanya terlibat dalam kasus tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas