400 Imigran Gelap Tewas Saat Kapalnya Terbalik
Sekitar 400 imigran gelap tewas setelah kapal mereka terbalik di lepas pantai Libya, Minggu (12/4/2015).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Sekitar 400 imigran gelap tewas setelah kapal mereka terbalik di lepas pantai Libya, Minggu (12/4/2015).
Hal itu disampaikan sejumlah korban selamat yang dibawa ke Italia, di mana ketegangan sedang memuncak terkait lonjakan kedatangan kapal pembawa imigran dari Afrika Utara.
Penjaga pantai Italia, Senin, mengatakan mereka telah berhasil menyelamatkan 144 orang di kapal yang tenggelam itu dan menemukan sembilan jenazah.
International Organization for Migration (IOM) dan badan amal Save the Children mengatakan, sekitar 144 hingga 150 korban selamat telah tiba di Reggio Calabria, di ujung selatan Italia, Selasa pagi.
"Ada 400 korban dalam kapal karam itu, yang terjadi 24 jam setelah (kapal mereka) meninggalkan pantai Libya," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan dengan mengutip para korban selamat.
"Ada sejumlah laki-laki muda, mungkin anak-anak, di antara para korban dan ada anak-anak di antara mereka yang diselamatkan," kata LSM internasional itu.
Juru bicara IOM di Italia, Flavio Di Giacomo, mengatakan kepada AFP, beberapa korban selamat telah menyampaikan kepada organisasinya bahwa ada sekitar 500 hingga 550 orang di atas kapal saat kapal itu tenggelam.
"Kami terus menyelidiki untuk memahami bagaimana kapal itu karam," kata Di Giacomo.
Penyelidikan awal menunjukkan, kapal itu mungkin terbalik setelah para penumpang mulai bergerak saat mereka melihat tim penyelamat Italia.
Tragedi terakhir itu terjadi saat pihak berwenang Italia mengatakan, sekitar 8.500 migran telah diselamatkan di laut dari Jumat hingga Senin.
Hal itu memicu kembali perdebatan di Italia tentang apakah negara itu punya kewajiban untuk menampung semua pendatang baru tersebut.
Cuaca yang baik belakangan ini di Laut Tengah telah mendorong lonjakan jumlah migran yang berusaha untuk mencapai Italia dengan kapal.
Situasi yang semakin buruk dan kacau di Libya, titik penyeberangan utama bagi para migran, juga telah membantu dalam mendorong kenaikan jumlah pencari suaka untuk mencapai Eropa.
Pihak berwenang Italia mengatakan, sepanjang tahun 2015 lebih dari 15.000 orang imigran telah tiba di negara itu. Tahun lalu, ada 15.000 orang yang tiba pada bulan April saja dan rata-rata 25.000 orang setiap bulan antara Juni hingga September.
Kementerian Dalam Negeri Italia telah memerintahkan sejumlah pemerintah daerah untuk menemukan penampungan sementara bagi 6.500 migran.
Langkah itu dikecam oposisi, yang berpendapat bahwa kebijakan menyelamatkan para imigran telah mendorong orang lainnya untuk menempuh perjalanan laut yang sangat berisiko.
Matteo Salvini, kepala anti-imigran Liga Utara, Selasa, mendesak para pejabat lokal untuk tidak bekerja sama.
"Saya meminta para gubernur, walikota, penilai dan anggota dewan Liga untuk mengatakan tidak, dengan segala cara, terhadap setiap kedatangan imigran baru. Liga siap untuk menempati setiap hotel, hostel, sekolah atau barak yang ditujukan bagi calon pengungsi," kata Salvini di Facebook.
Dengan musim panas yang kian mendekat, dan lebih dari 500.000 orang yang sedang menunggu untuk berangkat dari Libya menuju Eropa menurut lembaga perbatasan Uni Eropa Frontex, sejumlah kelompok bantuan memperingatkan bahwa Roma tidak siap menghadapi gelombang kedatangan berikutnya.
Sementara itu, Yunani, Selasa, mengatakan pihaknya berencana untuk mendirikan pusat penerimaan di daratan guna menangani masuknya kaum migran yang tiba di pulau-pulau negara itu.
Keputusan dalam sebuah pertemuan kabinet darurat yang dipimpin Perdana Menteri Alexis Tsipras muncul setelah lebih dari 700 imigran dan pengungsi, terutama dari Suriah dan Afrika, tiba di Yunani antara Jumat dan Selasa.
Sementara itu, Frontex, Selasa, mengatakan para pelaku perdagangan manusia telah melepaskan tembakan ke udara untuk meraih kembali sebuah kapal yang telah digunakan untuk mengangkut para imigran di Laut Tengah.
Insiden tersebut terjadi hari Senin ketika sebuah kapal penjaga pantai Islandia menyelamatkan 250 orang dari kapal kayu, sekitar 60 mil laut dari Libya.
Itu merupakan insiden kedua tahun ini setelah penjaga pantai Italia berhadapan dengan para pedagang manusia bersenjata pada Februari, yang memerintahkan kapal diserahkan setelah operasi penyelamatan selesai.
Penyelundupan manusia tetap menjadi bisnis yang menguntungkan.
Para pengungsi dan imigran yang diselamatkan di Mediterania pada Februari mengatakan, mereka membayar 500 dolar hingga 1.000 dolar untuk biaya penyeberangan mereka.