Kisah Gularte, Detik-detik Menjelang Ajal Hadapi Regu Tembak
Mereka menolak untuk menggunakan penutup mata dan memilih untuk menghadapi algojo mereka.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rodrigo Gularte, 42, baru menyadari dirinya akan menghadapi eksekusi mati di menit-menit terakhir kehidupannya.
Rodrigo adalah satu dari delapan terpidana mati kasus narkoba yang dieksekusi oleh regu tembak Polda Jawa Tengah (Jateng) Rabu (29/4/2015) dini hari.
Pria berkewarganegaraan Brasil itu merupakan penderita skizofrenia paranoid dan sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya akan dihukum mati oleh regu tembak.
Dikutip dari Dailymail, Kamis (30/4/2015), ia baru menyadari akan ditembak mati ketika dibawa ke lokasi ekseskusi di pulau Nusakambangan.
Seorang pastor asal Irlandia yang menjadi pedamping spiritual Gularte di saat-saat terakhir kehidupannya mengatakan, bahwa bandar narkoba itu bingung dengan nasibnya dan terus mengeluh bahwa dirinya terus mendengar suara aneh di kepalanya.
'Ketika mereka membawanya keluar dari selnya, saya bersama dengan dia dan dia pergi ke tempat depan, hanya untuk pergi ke mana mobil yang akan membawanya telah menunggu. Mereka kemudian mengenakan rantai itu kepada mereka," ujar Pastor Charlie Burrows.
"Dan dia berkata kepada saya, apakah dia akan dieksekusi," lanjutnya.
"Dan saya menjawab ya. Saya pikir saya telah menjelaskannya kepadamu. Dan dia merasa tidak bahagia karena ia adalah seorang yang sangat tenang namun ia mengatakan "Ini tidak benar."
Pastor Burrows mengatakan Gularte kemudian berubah menjadi paranoid menjelang akan ditembak saat berada di mobil menuju lokasi eksekusi mati.
"Karena dia menderita skizofrenia, (dan ia mengatakan) oh, ada penembak jitu menunggu di luar untuk menembak saya dan saya berkata tidak. Kau aman sekarang," ujarnya.
Pastor Burrows mengatakan setelah mereka tiba di lokasi eksekusi, ke delapan terpidana mati diikat ke batang kayu dengan menggunakan kabel.
Mereka menolak untuk menggunakan penutup mata dan memilih untuk menghadapi algojo mereka.
Pastor Burrows mengatakan setelah ke delapannya diikat di papan, ia diizinkan untuk berbicara dengan Gularte kembali.
"Saya berbicara dengan dia dan dia berkata ini tidak benar, saya membuat satu kesalahan kecil dan saya tidak boleh mati karenanya," kata pastor.
"Dia kesal lebih dari apa pun karena dia seorang pria yang sangat lembut, tenang dan sensitif."
Gularte ditangkap di tahun 2004 di Bandara Soekarno Hatta, karena kedapatan membawa sekitar enam kilogram (13 pon) kokain yang disembunyikan di dalam papan selancar.
Dia dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Tangerang pada bulan Februari 2005, dan menghabiskan tujuh dari 11 tahun di penjara Nusakambangan.
Keluarga Gularte telah mencoba untuk mendapatkan grasi untuk dia, karena dokter telah memvonisnya menderita paranoid skizofrenia.