Mantan Presiden AS Yakin Pernikahan 'Sesama Jenis' Tak Dilarang Agama
Pernikahan sesama jenis (same marriage) terus menuai polemik.
Penulis: Ruth Vania C
Laporan Wartawan Tribunnews.com Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA SERIKAT - Pernikahan sesama jenis (same marriage) terus menuai polemik.
Tidak terkecuali di Amerika Serikat, yang bulan Juli 2015 ini mengabsahkan perundang-undangan yang menyetujui pernikahan sesama jenis.
Polemik itu terus bergulir lantaran orientasi seksual para lesbian, gay/homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT) dianggap bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan.
Terutama, dalil atau nilai keagamaan dari tradisi Abrahamik, baik itu Nasrani, Yahudi, dan Islam.
Namun, tak selamanya tradisi ajaran teologi Abrahamik ditakwilkan menolak pernikahan sesama jenis.
Setidaknya, ketika ditanyai apakah Yesus menyetujui pernikahan sesama jenis, mantan presiden AS dan pendukung pernikahan sesama jenis, Jimmy Carter (90), punya jawaban cenderung kontroversial.
"Menurut saya Yesus pun akan menyetujui pernikahan sesama jenis, tapi itu hanya berdasar pemahamanku," kata Jimmy Carter saat diwawancarai Huffington Post, Selasa (7/7/2015).
Carter menegaskan, penilaian itu murni subjektif atau pendapat pribadi belaka. Sebab, ia tak bisa membuktikan perkataannya itu dari ayat-ayat kitab suci agama-agama Abrahamik.
Khusus dalam Kristen, kata dia, para rohaniawan tentu akan menyambut baik hubungan kasih apa pun, selama hubungan itu didasari kejujuran dan ketulusan, yang tidak merugikan sesamanya.
Meski mengakui dirinya tak memaksa tiap gereja untuk mengadakan pernikahan sesama jenis, Carter berharap pasangan LGBT seharusnya bisa dipersatukan di pengadilan setempat atau di gerejanya masing-masing.
"Tiap orang seharusnya punya hak untuk menikah, tak peduli apa jenis kelaminnya," jelasnya lagi, menambahkan bahwa baginya pernikahan sesama jenis itu bukanlah sebuah masalah.
Berdasar lansiran People.com, pendapat itu diungkapkan ketika wawancara tersebut mulai membahas hubungan iman Kristen-nya terhadap karir politiknya.
Menurutnya, dirinya sudah berkomitmen penuh dan sangat berhati-hati dalam memisahkan konsep gereja dan negara ketika memerintah sebagai Presiden AS ke-39 pada 1977 - 1981.