Shinkansen Jepang untuk Indonesia Dirancang oleh Perancang Ferrari
Kereta peluru (Shinkansen) Jepang yang dipilihkan untuk Indonesia tipe E-7 ternyata yang paling populer di Jepang dengan kecepatan 260 km per jam.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kereta peluru (Shinkansen) Jepang yang dipilihkan untuk Indonesia tipe E-7 ternyata yang paling populer di Jepang dengan kecepatan 260 km per jam. Hidungnya tidak begitu mancung tetapi bentuknya paling gagah dan paling disukai di Jepang.
"Tipe E-7 tersebut di dalam negeri Jepang ini paling populer karena yang standar paling banyak ditumpangi banyak penumpang," kata Naoto Miyashita, President Japan Transport Engineering Company (J-Trec) khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (12/8/2015).
Menurutnya, kecepatan 260 km per jam adalah yang paling standar terbaik untuk Indonesia. Sedangkan di Jepang ada tipe yang lebih cepat lagi dengan hidung mancung panjang.
"Pengaruh hidung panjang juga mempengaruhi kecepatan. Dengan hidung panjang itu angin di depan sudah dipecah pelan-pelan sehingga tidak menghantam langsung kereta akibatnya kecepatan bisa semakin tinggi dan stabil. Namun juga infrastruktur harus ekstra terbaik untuk kecepatan tinggi tersebut," lanjutnya.
Jalur Jakarta-Bandung yang penuh hambatan gunung dan perlu keamanan lebih tinggi untuk pembangunan yang jauh lebih berat dari pada jalan datar. Oleh karena itu kecepatan 260 km per jam menurutnya adalah yang terbaik bagi Indonesia.
Bukan hanya itu, ternyata Shinkansen tipe E-7 tersebut didesain oleh Okuyama Hiroyuki, perancang Shinkansen profesional Jepang yang ternyata juga merancang mobil sport Ferrari.
"Benar Okuyama merancang juga mobil Ferrari jadi memang desain-desain yang dibuatnya sudah kelas dunia, meskipun dia orang Jepang," katanya.
Keselamatan dan sistem pengamanan Shinkansen sangat akurat dan sensitif sekali. Dalam kurun waktu sekitar satu menit setelah gempa bumi, sensor akan menyampaikan perintah kepada sistem Shinkansen untuk segera memperlambat kereta peluru tersebut dan segera mematikan otomatis picu listrik tegangan 25.000 volt listrik yang digunakannya.
"Dengan kecepatan sensor tersebut Shinkansen akan aman dan terhindar dari kecelakaan apabila ada gempa bumi karena saya dengar di Indonesia juga banyak gempa bumi," kata Miyashita yang tahun lalu sempat ke Jakarta mengunjungi pusat kereta api Indonesia dan sempat menggunakan batik tangan panjang yang dibelinya sendiri di Jakarta.
Sistem keselamatan Shinkansen memang teramat canggih sehingga penumpang sekali angkut ribuan orang dengan nyaman dan aman dapat merasakan perjalanan kereta peluru tersebut.
"Tak heran selama 50 tahun sejarah Shinkan belum pernah ada sekali pun kecelakaan terjadi pada Shinkansen, apalagi sampai tabrakan dengan kereta lain, belum pernah terjadi," katanya.