Kontroversi Pembangunan Masjid di Bendigo Australia
"Mayoritas warga Bendigo mendukung kami. Kami pun selalu mendukung kehidupan yang damai dan harmonis," tambah Heri.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Komunits Muslim di Kota Bendigo (sekitar 2 jam dari Melbourne), Australia, tetap akan melanjutkan rencana pembangunan masjid pertama di kota itu, meskipun diprotes oleh segelintir warga setempat.
Demikian dikatakan Heri Febriyanto, juru bicara Bendigo Islamic Association kepada ABC.
Warga asal Indonesia ini bermukim di Bendigo dan merupakan salah seorang tokoh di balik rencana pembangunan masjid pertama di kota itu.
Rencana ini ditentang oleh sebagian warga. Bahkan, pada Rabu (16/9/2015) malam, Walikota Peter Cox terpaksa membubarkan rapat pemerintah kota saat sekelompok warga yang hadir di balaikota menimbulkan keributan dan berteriak-teriak menentang rencana itu (Simak beritanya di sini).
Menurut Heri Febriyanto, rencana ini sebenarnya tidak dipermasalahkan oleh mayoritas warga Bendigo.
"Aksi protes yang terjadi tidak menggambarkan pandangan masyarakat luas," katanya.
"Mayoritas warga Bendigo mendukung kami. Kami pun selalu mendukung kehidupan yang damai dan harmonis," tambah Heri.
Masjid dan pusat budaya tersebut rencananya berlokasi di daerah industrial di wilayah timur kota itu, dan telah disetujui pemerintah setempat dengan sejumlah syarat pada Juni 2014.
Sekelompok warga yang menamakan dirinya 'Rights for Bendigo Residents' menentang keputusan pemerintah kota dan membawa kasusnya ke peradilan Victoria's Civil and Administrative Tribunal (VCAT).
Oleh VCAT, keputusan pemerintah kota justru diperkuat, dan para penentang membawanya ke peradilan lebih tinggi di negara bagian itu, yaitu Victorian Court of Appeal.
Menurut Heri, dia cukup khawatir dengan misinformasi yang disebarkan kelompok penentang ini.
"Menentang sistem dan aturan hukum Australia, bukanlah cara Australia. Agresi dan kekerasan bukanlah cara Australia," ujarnya.
(Saksikan di sini aksi kelompok yang menetang kehadiran masjid dalam membubarkan rapat pemerintah kota Bendigo).
Saat ini, warga Muslim Bendigo menggunakan salah satu ruangan di kampus La Trobe University yang menampung sekitar 50 jamaah, sedangkan untuk salat Jumat mempergunakan ruangan yang sedikit lebih besar dengan kapasitas 70 jamaah.