Kontroversi Pembangunan Masjid di Bendigo Australia
"Mayoritas warga Bendigo mendukung kami. Kami pun selalu mendukung kehidupan yang damai dan harmonis," tambah Heri.
Editor: Hasanudin Aco
Menurut Heri, warga Muslim setempat berkisar 300 orang dari 25 latar belakang asal kebangsaaan mereka.
ABC mencoba meminta tanggapan dari juru bicara Rights for Bendigo Residents, namun yang bersangkutan tidak bersedia diwawancarai.
Heri sendiri mengaku tidak pernah dihubungi oleh kelompok itu. "Kami siap menjawab semua pertanyaan yang masuk akal," katanya.
Sementara itu, Tim McIntyre dari B&B Basil, yang memiliki lahan pertanian persis di depan lokasi rencana masjid tersebut, mengatakan dia menerima keputusan pemerintah kota yang mengajukan syarat mengenai tempat parkir, lalu-lintas dan kebisingan.
"Saya tidak ingin terbangun jam 6 pagi, namun selain hal itu serta masalah parkir, saya kira sudah tidak ada masalah," kataMcIntyre.
"Ini hanya tempat ibadah dan tidak masalah sepanjang pemerintah memberlakukan sejumlah syarat bagi mereka," katanya.
"Saya penasaran saja, kalau misalnya ini kuil Budha, apakah ada orang yang akan keberatan. Sekali bangunan itu jadi, semua masalah akan tenggelam," tambahnya.
Sementara itu hari Jumat (18/9/2015) Walikota Peter Cox mengatakan ia mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi berupa denda hingga 350 dolar (Rp3,5 juta) bagi setiap perilaku tidak pantas di balaikota.
Para pejabat pemerintah Bendigo bersama CEO-nya, Craig Niemann, menggelar jumpa pers yang mengutuk aksi protes segelintir warga anti Islam.
Para pejabat ini juga secara terbuka mengukuhkan kembali dukungan mereka bagi pembanguna masjid di kota itu.
Menurut Niemann, pihaknya mencoba menegakkan peraturan setempat mengenai cara menghadapi orang yang membuat keributan dalam rapat pemerintah kota.