Kapal Tumpangan Presiden Maladewa Meledak, Ibu Negara Cedera
Sebuah kapal cepat yang ditumpangi oleh Presiden Maladewa Abdulla Yameen dikatakan terguncang akibat sebuah ledakan
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MALADEWA - Sebuah kapal cepat yang ditumpangi oleh Presiden Maladewa Abdulla Yameen dikatakan terguncang akibat sebuah ledakan ketika kapal tersebut sedang dalam perjalanan menuju Pulau Male, Senin (28/9/2015).
Dikutip dari Reuters, sang presiden saat itu sedang dalam perjalanan pulang setelah menunaikan ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi.
Ledakan dikatakan terjadi ketika kapal hanya berjarak dua meter dari dermaga. Ledakan tersebut terjadi bersamaan dengan suara keras, dan membuat pintu kapal itu terbuka.
Meski insiden tersebut disaksikan langsung oleh sejumlah wartawan yang sedang menunggu kedatangan Abdulla, belum diketahui asal ledakan itu dari mana.
"Terjadi ledakan di kapal cepat yang ditumpangi Presiden Abdulla, dekat dermaga di Male," demikian konfirmasi dari Menteri Kantor Kepresidenan Mohamed Hussain Shareef.
"Kami tak tahu apakah ledakan itu disebabkan oleh bahan peledak atau mesin kapal," katanya.
Akibat kejadian tersebut, ibu negara Fathimath Ibrahim, sang istri presiden yang turut serta dalam perjalanan itu mengalami cedera ringan. Abdulla dikabarkan tak mengalami cedera sama sekali.
Usai kejadian, Abdulla kemudian terlihat sibuk membantu beberapa korban lain yang mengalami luka akibat ledakan tersebut.
Ia juga dikatakan sempat mengantar istrinya ke rumah sakit Indira Gandhi Memorial Hospital di Male, menumpang ambulans yang diiringi oleh kepolisian.
Menurut NBC News, Presiden Abdulla dan istri sebelumnya mengendarai sebuah pesawat yang kemudian mendarat di bandara internasional Ibrahim Nasir, Maladewa.
Setelah itu, mereka beserta para staf kepresidenan melakukan perjalanan ke Male menggunakan kapal cepat.
Sebagai kepala pemerintahan Kepulauan Maladewa sejak pemilu 2013, Abdulla juga dipandang sebagai sosok kontroversial baik oleh masyarakat di negerinya, maupun oleh masyarakat dunia. (NBC News/Reuters)