Junya Hashimoto, Pemuda Jepang yang Jualan Kopi Mandailing Sumatera Utara
Junya Hashimoto sejak 2 tahun lalu menekuni kopi Indonesia terutama dari Sumatera Utara, kopi Mandailing.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jalan hidupnya mungkin harus terkait dengan orang Indonesia. Setelah sang kakak menikahi orang Indonesia dan bahkan menjadi mualaf baru-baru ini, Junya Hashimoto sejak 2 tahun lalu menekuni kopi Indonesia terutama dari Sumatera Utara, kopi Mandailing.
"Mungkin sudah takdir kali ya saya harus semakin banyak terkait dengan Indonesia. Februari tahun depan saya akan ke Mandailing melihat sendiri perkebunan kopi di sana dan membeli kopinya," kata Junya Hashimoto (28) khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (30/10/2015).
Kakak Hashimoto belum lama menikahi wanita Indonesia dan tinggal di Serang Jawa Barat. Oleh karena itu Hashimoto sudah beberapa kali pula datang ke Indonesia tetapi pertama kali ke Mandailing tahun depan.
"Belum lama juga datang seorang dosen dari Universitas Gajah Mada ke sini karena anaknya sekolah di Universitas Osaka. Kebetulan dia dosen pertanian sehingga mengetahui metode dan cara memanen kopi," katanya.
"Saya senang sekali semakin banyak teman orang Indonesia saat ini," ujarnya.
Produknya dijual 100 gram kopi seharga 500 yen, kopi blend sekitar 300 yen.
Tokonya diberi nama Toko Lima, karena ada lima rasa untuk kopinya bisa dicicipi di sana. Rasa manis, pahit, asam, asin dan rasa agak dalam/kental/berat.
Lokasi toko di dekat Stasiun Motomachi Kobe Jepang. Setiap hari buka sekitar jam 9 pagi hingga jam 6 sore, kecuali Rabu libur.
Terkait dengan Minggu Wasshoi memeriahkan Kota Motomachi, sampai dengan 31 Oktober besok Hashimoto memberikan minuman kopi gratis kepada 10 orang.
"Lumayan cukup banyak tamu hadir akhir-akhir ini," tambahnya lagi.