Musim Dingin Eropa Hantui Nasib Pengungsi Timur Tengah
Musim dingin semakin mendekati dan mengancam pengungsi dan imigran yang masih terbilang banyak menyeberang ke Eropa.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, LESBOS - Musim dingin semakin mendekati dan mengancam pengungsi dan imigran yang masih terbilang banyak menyeberang ke Eropa.
Menurut perhitungan PBB, ternyata musim yang mulai memburuk tidak menghambat sama sekali arus masuk pengungsi, seiring semakin parahnya konflik di Suriah.
Keadaan pengungsi diperburuk oleh penutupan perbatasan oleh sejumlah negara, yang membuat aliran pengungsi tertahan dan membengkak karena imigran masuk tetap banyak.
"Musim dingin akan tiba, apa yang akan terjadi pada kami? Apa yang akan terjadi pada anak saya?," ujar seorang pengungsi Afghanistan, Mariam, dikutip The Guardian.
Tak hanya itu, konflik-konflik internal seperti perselisihan antarimigran dari negara berbeda, hingga perkelahian karena rebutan sumbangan selimut, semakin memperkeruh suasana.
Badan PBB soal pengungsi, UNHCR, memang memberikan bantuan perlengkapan hidup sementara, seperti kantong tidur, selimut, jas hujan, selimut, baju, dan sepatu.
Namun, semakin banyak pengungsi membuat bantuan-bantuan itu semakin lama menjadi langka, sehingga kelompok sukarelawan dihadirkan untuk mengisi kelangkaan bantuan.
Dikutip dari USA Today, PBB melaporkan lebih dari 218 ribu imigran menyeberang Laut Mediterania pada Oktober 2015 ini, menjadi jumlah bulanan tertinggi sejauh ini, bahkan jika dibandingkan dengan jumlah bulanan pada 2014.
"Total pada Oktober 2015 ini memperlihatkan Eropa membutuhkan solusi berkepanjangan untuk menangani krisis ini," tutur perwakilan UNHCR, Adrian Edwards. (USA Today/The Guardian)