Ancaman dari Militan Malaysia, Ingin Galang Kekuatan ISIS di Asia Tenggara
Ayob mengatakan bahwa kelompok militan ini terdiri dari tiga orang yang saat ini masuk daftar prioritas tingkat tinggi pencarian Kepolisian Malaysia.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR — Kepala Divisi Kontraterorisme Malaysia Datuk Ayob Khan Mydin Pitchay mengaku khawatir atas rencana kelompok militan Malaysia membentuk jaringan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara.
Dalam wawancara dengan Straits Times yang dirilis pada Minggu (15/11/2015), Ayob mengatakan bahwa kelompok militan ini terdiri dari tiga orang yang saat ini masuk daftar prioritas tingkat tinggi pencarian Kepolisian Malaysia.
Tiga orang ini adalah Mahmud Ahmand, mantan dosen di Universitas Malaya, Mohd Najib Husen, pemilik kedai kelontong, dan Muhammad Joraimee Awang Raimee yang merupakan mantan pegawai di dewan kota setempat.
Mereka bertiga diyakini sedang bersembunyi di bagian selatan Filipina dan berpartisipasi dengan kelompok teroris Abu Sayyaf yang memang beroperasi di kawasan tersebut.
Ayob menuturkan, tiga orang ini berharap dapat menggabungkan sejumlah kelompok militan di Asia Tenggara, seperti Abu Sayyaf dan Jemaah Islamiyah, menjadi satu kesatuan di bawah naungan Negara Islam.
"Mahmud telah menyatakan sumpah kesetiaan di video kepada ISIS, tetapi untuk pembentukan resmi cabang ISIS, dia perlu terbang ke Suriah dan menyatakan sumpah setianya di depan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi," kata Ayob menjelaskan.
Datuk Ayub melanjutkan bahwa prioritas utama Mahmud saat ini adalah terbang ke Suriah demi bertemu dengan Baghdadi.
Mahmud sendiri bukanlah wajah baru di dunia militan. Dia telah berlatih dengan Al Qaeda di Afganistan pada tahun 1990-an dan kemudian menggunakan posisi dosennya di universitas ternama Malaysia itu untuk merekrut anak didiknya.
"Jika Mahmud atau sering disebut juga Abu Handzalah berhasil menyatukan semua kelompok teroris, Asia Tenggara akan menghadapi bahaya besar," kata Ayub.
Militer Filipina sendiri telah menjadikan tiga orang ini sebagai target untuk ditangkap dan operasi perburuan masih berlangsung.
Profesor Sundramoorthy dari Universitas Sains Malaysia menyatakan, militan ini sekarang tidak hanya mengatasnamakan agama.
"Banyak yang berpikir ISIS hanya memperjuangkan agama Islam. Namun, mereka juga sekarang mengatasnamakan keadilan sosial, kesenjangan ekonomi, represi politik, dan hal-hal lainnya," kata dia.
Ia menambahkan, diperlukan upaya internasional untuk mencegah terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang berbuntut pada munculnya gerakan terorisme.
Malaysia awal tahun 2015 menggagalkan rencana ISIS untuk menyerang Kedutaan Besar Arab Saudi dan Qatar di Kuala Lumpur.