Kelamaan di Penjara, Kakek Ini Kaget Melihat Kehidupan Manusia
Dia menuturkan soal orang-orang berjalan dengan headset di telinganya, bahkan tanpa memperhatikan jalanan.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Gara-gara mendekam di penjara 44 tahun, Otis Johnson dibuat tercengang kebingungan ketika dia menghirup udara segar untuk kali pertama di luar tembok penjara.
Pria berusia 69 tahun ini menceritakan kepada Al Jazeera, Rabu (25/11/2015), bahwa dunia di luar penjara telah berbeda.
Otis menceritakan bagaimana dia terkaget-kaget ketika mengitari jalanan New York dan melihat banyak orang memakai ponsel pintar, sejumlah minuman berwarna-warni, dan banyaknya pejalan kaki seperti zombie di jalanan.
"Penjara telah banyak memengaruhi saya. Saya merasa cukup sulit ketika kembali ke dunia (luar) karena banyak hal yang telah berubah," ujar Otis saat mengawali ceritanya.
Dia menuturkan soal orang-orang berjalan dengan headset di telinganya, bahkan tanpa memperhatikan jalanan.
Otis bingung bagaimana orang-orang ini dapat melakukannya begitu saja dengan mudah.
"Saya pikir orang-orang ini telah menjadi agen CIA karena pada zaman saya, itulah yang dipakai agen rahasia di telinga mereka ketika bekerja. Ketika saya melihat lebih dekat, baru saya menyadari, itu adalah headset, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang namanya disebut iPhone itu."
Otis juga bercerita ketika ia mengunjungi supermarket. Dia melihat begitu banyak jenis makanan dan minuman berwarna-warni yang belum pernah dilihatnya selama ini.
"Sulit untuk memilih mana yang akan dibeli," ucapnya.
Otis kemudian dengan getir bercerita bahwa hal yang paling sulit baginya adalah ketika ia kehilangan kontak dengan keluarganya, yang terakhir mengunjunginya pada 1998 silam.
"Sulit bagi saya kehilangan orang-orang yang saya cintai. Saya merindukan mereka, tetapi tidak tahu bagaimana mencarinya. Saya tidak punya orang yang bisa diajak bicara."
Namun, dia bertekad untuk tetap berpikir positif.
"Kita tahu bahwa terkadang kita harus mengabaikan hal-hal yang sudah terjadi pada masa lalu. Kemarahan akan menghambat kemajuan. Saya berusaha melihat ke depan untuk bertahan di dunia ini," tuturnya.(Kontributor Singapura Ericssen/Aljazeera)