Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Riset Membuktikan, Agama Tak Membuat Anak Lebih Dermawan

Namun, apakah para orang religius berhasil menunjukkan sifat kedermawanan itu?

zoom-in Riset Membuktikan, Agama Tak Membuat Anak Lebih Dermawan
Thinkstock
Anak-anak yang memiliki latar belakang non religius ternyata lebih punya semangat memberi. 

TRIBUNNEWS.COM , AMERIKA SERIKAT - Agama mengajarkan pemeluknya untuk menjadi dermawan. Namun, apakah para orang religius berhasil menunjukkan sifat kedermawanan itu?

Hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Current Biology, Kamis (5/11/2015), menyatakan tidak.

Jean Decety, pakar ilmu perkembangan saraf dari University of Chicago, meneliti perilaku 1.170 anak dari beragam latar belakang agama dan negara.

Anak-anak yang menjadi obyek penelitian terdiri atas 510 Muslim, 280 Kristiani, dan 323 non-religius. Mereka berasal dari Kanada, China, Jordania, Turki, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.

Dalam penelitian, Decety menguji kedermawanan dengan melihat keinginan anak-anak untuk berbagi stiker favorit yang telah diberikan.

Decety memberi setiap anak 10 stiker, ditaruh dalam amplop. Lalu, ia mengatakan bahwa ia tak bisa memberikan semua stiker ke semua anak. Decety mengatakan, setiap anak bisa berbagi dengan anak-anak lain yang belum menerima stiker.

Studi mengungkap bahwa anak-anak yang berasal dari latar belakang non-religius lebih dermawan. Hal itu terbukti dari jumlah stiker yang diberikan ke anak-anak lain.

Berita Rekomendasi

Latar belakang budaya dan negara juga memengaruhi sifat kedermawanan. Namun, pengaruh faktor itu tak sebesar pengaruh faktor agama.

Dalam riset, Decety juga meminta anak-anak menonton video berisi sejumlah insiden perselisihan, seperti saling dorong. Dia meminta anak-anak menilai insiden itu dan sikap para tokoh.

Hasil penelitian mengungkap bahwa anak-anak dari latar belakang religius ternyata lebih mudah menghakimi dan ingin menghukum tokoh yang dinilai bersalah. Sementara anak dari latar belakang non-religius menilai itu insiden belaka.

Menurut Decety, anak religius yang kurang dermawan dan lebih mudah menghakimi menunjukkan fenomena "lisensi moral". Anak merasa bisa melakukan sesuatu dan menghakimi karena merasa dirinya benar.

"Studi kami menunjukkan bahwa sekularisasi diskursus moral tidak mengurangi kebaikan manusia, justru sebaliknya," kata Decety seperti dikutip situs jurnal Science, Kamis.

Benjamin Beit-Hallahmi, pakar psikologi agama dari University of Haifa di Israel, mengatakan, studi ini memberikan masukan penting.

Menurut dia, sikap anak dari latar belakang non-religius itu berkaitan dengan bagaimana keluarga beragama selama ini mendidik anak-anaknya.

Anak-anak dari keluarga religius terbiasa dididik untuk melakukan kebaikan karena ada kekuatan lebih tinggi yang mengawasi. Sementara anak non-religius diajari berbuat baik karena sebagai manusia memang harus melakukannya.

Azim Shariff, psikolog University of Oregon, memuji kedalaman dan skala studi ini. Namun, menurut dia, hasil berbeda bisa didapatkan bila sampelnya orang dewasa. Selain itu, sikap anak dalam studi tak selalu mencerminkan sikap keseharian. (Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas