Video Mengerikan, Pesawat Rusia Bombardir Konvoi Truk Minyak Milik ISIS
Rekaman video menunjukkan asap hitam tebal muncul dari truk yang membawa--apa yang diyakini–-minyak ISIS, setelah dibom oleh pesawat Rusia.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - Cuplikan rekaman video sangat dramatis, ketika pesawat tempur Rusia membombardir konvoi iring-iringan truk tangki milik Negara Islam yang diangkut ke wilayah Turki.
Bom dari pesawat itu menyebabkan iring-iringan tersebut habis terbakar.
Media Rusia mengklaim bahwa iring-iringan truk minyak itu menuju ke Turki, dihancurkan, sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan memiliki bukti bahwa Turki telah membeli minyak dari kelompok teroris itu.
Rekaman video menunjukkan asap hitam tebal muncul dari truk yang membawa--apa yang diyakini–-minyak ISIS, setelah dibom oleh pesawat Rusia.
Petugas pemadam kebakaran mencoba untuk memadamkan api
Dalam klip, petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang memangsa truk, truk tersebut berada di pinggiran utara wilayah Provinsi Aleppo.
Rekaman itu menunjukkan petugas pemadam kebakaran berusaha keras untuk memadamkan kobaran api yang melalap truk setelah pengeboman.
Kementerian Pertahanan menyatakan bahwa Presiden Vladimir Putin pada hari Rabu lalu, menyebutkan punya bukti bahwa Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan dan keluarganya terlibat penyelundupan ilegal minyak dari wilayah negara yang dikuasi oleh ISIS baik dari Suriah dan Irak.
Serangan udara diarahkan terhadap iring-iringan truk tanki yang diyakini membawa minyak ke Turki.
Moskow dan Ankara melakukan perang kata-kata sejak pekan lalu, ketika Angkatan Udara Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia di dekat perbatasan Suriah-Turki, insiden paling serius antara Rusia dan negara NATO dalam setengah abad terakhir.
Hubungan antara Turki dan Rusia semakin renggang pasca-penembakan pesawat tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turkir di wilayah perbatasan.
Tapi berbicara selama kunjungan ke Qatar, ia juga mengatakan ia tidak ingin hubungan dengan Moskow memburuk.
Pada briefing di Moskow, pejabat kementerian pertahanan menampilkan gambar satelit-–menurut mereka-–menunjukkan sekolompok truk tanki memuat minyak dari di instalasi dikendalikan oleh Negara Islam di Suriah dan Irak, dan kemudian melintasi perbatasan ke negara tetangga Turki.
Para pejabat tidak secara tegas menyebutkan bahwa bukti itu merupakan keterlibatan Erdogan dan keluarganya. Presiden Turki pun secara tegas membantah.
Rusia mengatakan Erdogan secara pribadi terlibat dalam perdagangan minyak ilegal yang didapat dari ISIS.
"Turki adalah konsumen utama minyak dicuri dari pemiliknya yang sah, Suriah dan Irak. Menurut informasi yang kami terima, kepemimpinan politik senior negara itu -- Presiden Erdogan dan keluarganya--terlibat bisnis kriminal ini," kata Wakil Menteri Pertahanan Anatoly Antonov.
"Mungkin aku terlalu terus terang, tapi kami memperoleh informasi yang dapat mempercayakan dari rekan yang mengendalikan bisnis itu dari orang yang paling dekat.”
"Di Barat, belum ada yang mengajukan pertanyaan tentang fakta bahwa putra Presiden Turki yang memimpin salah satu perusahaan energi terbesar, atau bahwa anak-iparnya telah ditunjuk sebagai menteri energi. Apakah ini bukan bisnis keluarga yang luar biasa!"
Rusia memukul balik Turki menembak jatuh jet dengan membom pabrik minyak. Rusia sebelumnya mengatakan memiliki bukti Turki menggunakan minyak ISIS.
"Secara sinisme kepemimpinan Turki tidak mengenal batas. Lihat apa yang mereka lakukan. Mereka pergi ke negara orang lain, mereka merampok tanpa penyesalan," kata Antonov. Erdogan pekan lalu membantah pernyataan itu, pengadaan minyak Turki didapatkan dari sumber yang sah.”
Disini Video:
Dia mengatakan Ankara mengambil langkah-langkah aktif mencegah penyelundupan bahan bakar, dan dia menantang siapa saja yang menuduh pemerintah bekerja sama dengan Negara Islam agar membuktikan tuduhan itu.
Video Lainnya:
Pada hari Selasa, Presiden AS Barack Obama mengatakan Turki telah membuat kemajuan dalam penyegelan perbatasan dengan Suriah, tetapi Negara Islam masih memanfaatkan celah untuk mendatangkan pejuang asing dan menjual minyak.
(TRIBUN KALTIM/Priyo Suwarno)