Abu Sayyaf Penculik 10 WNI Sudah Bergabung ke ISIS Sejak Januari
kelompok Abu Sayyaf berbaiat ke ISIS dan bersumpah setia pada khilafah abu bakar al baghdady.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 10 Warga Negara Indonesia (WNI) disandera oleh kelompok Abu Sayyaf Filipina.
Siapa kelompok Abu Sayyaf?
Peneliti terorisme dan intelijen Ridlwan Habib menjelaskan kelompok yang terkenal kejam dan bengis ini sudah bergabung ke ISIS sejak Januari lalu.
"Kalau yang menculik adalah Abu Sayyaf Group, maka itu sudah berganti nama menjadi Harakatul Islamiyah dan berbaiat ke Isis sejak Desember 2015," ujar Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com, Selasa (29/3/2016).
Menurut Ridlwan, kelompok Abu Sayyaf berbaiat ke ISIS dan bersumpah setia pada khilafah abu bakar al baghdady.
"Pemimpinnya Isnilon Hapilon alias Abu Abdullah sebenarnya kondisinya sudah sakit, tapi anggotanya masih banyak dan militan,"ujarnya.
Kelompok Abu Sayyaf ini berbasis di Basilan. Namun juga mempunyai pos-pos militer di pulau pulau kecil antara Sulu hingga perbatasan Lahaddatu Malaysia.
"Pada tahun 2013 ada serangan gerilyawan Sulu ke Lahaddatu, saat itu sebagian anggota Abu Sayyaf masuk," jelas Ridlwan yang pada Maret 2013 melakukan penelitian operasi militer Daulat Malaysia di Lahaddatu itu.
Upaya Penyelamatan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus segera memerintahkan upaya penyelamatan maksimal terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang diduga disandera kelompok Abu Sayyaf, di Filipina.
"Negara harus semaksimal mungkin melakukan operasi pembebasan sandera yang senyap dan taktis," ujarnya.
Menurut pengamat intelijen ini, pengalaman pembebasan sandera sebelumnya di Somalia, dengan pelibatan satuan satuan TNI sudah teruji.
"Kejadian ini sudah bukan juridiksi Polri karena termasuk ancaman bagi keselamatan warga negara dari kekuatan bersenjata asing," katanya.
Karena itu menurutnya Presiden Jokowi bisa segera memerintahkan instansi terkait untuk melakukan upaya semaksimal mungkin bagi keselamatan warga negaranya.
Sebelumnya Kepala Badan Intelijen (BIN) Sutiyoso membenarkan sebuah kapal dengan nama lambung Brama berbendera Indonesia diserang dan awak kapalnya disandera. Pihak Intelijen mengkonfirmasi penyerangan dan penyanderaan itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.