Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Dipertanyakan
Dalam 5 tahun terakhir, kenaikan HDI (Human Development Index) Indonesia tidak signifikan.
Editor: Johnson Simanjuntak
"Katakanlah, Finland adalah negara yang memiliki efektivitas sistem pendidikan di dalam kelas no 1 di dunia (berdasarkan survey OECD), sehingga, after school learning nya juga singkat. Karena sistem pendidikan di sekolahnya yang efektif, waktu yang dimiliki anak-anak di luar jam sekolah formal dapat digunakan untuk kegiatan lain."
Indonesia sendiri menurut survey di atas memiliki rata-rata waktu belajar di sekolah dan luar sekolah yang hampir sama dengan OECD. Bahkan lebih panjang. Apakah angka-angka di atas mengindikasikan bahwa kualitas sistem pendidikan di Indonesia sudah baik saat ini?
"Apakah lama waktu belajar baik di sekolah maupun seusai sekolah berkorelasi dengan kualitas anak didik di sekolah?" ujarnya.
Kalau kita bandingkan data OECD dan data dari UNDP, ternyata, belum ketemu korelasinya. Total lama waktu belajar baik di sekolah maupun usai sekolah (OECD) dengan kualitas manusia Indonesia yang masih di bawah (UNDP).
"Apakah fakta ini dapat disimpulkan sebagai pernyataan bahwa efektivitas waktu belajar dan kualitas pendidikan formal, khususnya pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sangat buruk?" katanya.
Jika kita telisik lebih jauh, saat ini kondisi sektor pendidikan cukup mengkhawatirkan.
Data UNDP di tahun 2015 menunjukkan bahwa lebih dari 55% penduduk Indonesia hanya memiliki Ijasah SD dengan tingkat drop out dari SD sekitar 11%.
"Sementara itu, rata-rata nasional waktu yang dihabiskan anak-anak untuk bersekolah formal sekitar 7.6 tahun. Artinya wajib belajar 9 tahun sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 (13 tahun yang lalu) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pun belum tercapai. Mimpi target 12 tahun wajib belajar pun masih jauh sekali untuk dapat dipenuhi."
Pendidikan berkualitas
Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan. dimana guru akan melakukan interaksi langsung dengan peserta didik di ruang kelas.
"Melalui proses belajar dan mengajar inilah kualitas pendidikan mulai dibangun. Sampai dengan akhir tahun 2015, jumlah guru di Indonesia adalah sekitar 3,015,315 orang, berdasarkan data guru yang telah memiliki NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan), baik PNS maupun non PNS. Jumlah guru sebanyak itu, jika dihitung rasio guru dan murid di Indonesia adalah sekitar 1:19, 1 guru untuk 19 orang murid. Namun rasio ini tidak sepenuhnya benar, karena sebaran pengajar di seluruh tanah air tidak merata," ujarnya.
Sementara itu, spesialisasi guru mata pelajaran juga berbeda-beda dengan komposisi di berbagai daerah yang beragam. Guru-guru sendiri, akibat kesejahteraannya kurang memadai, tidak bisa fokus mengajar.
Akibatnya cukup sulit untuk mengatakan jika kualitas pendidikan di Indonesia apakah sudah cukup baik atau tertinggal dengan negara lain, misalnya ASEAN.
Sebagai contoh, untuk kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya, mungkin dapat dikatakan kualitas pendidikan nya sudah sangat kompetitif.