Sosok Kontroversial Calon Presiden 'Si Pembunuh' Filipina Rodrigo Duterte
"Untuk Anda yang terlibat tindak kriminal, saya akan bunuh Anda. Saya tak ada toleransi untuk itu,"
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM - Dianggap kontroversial, kandidat capres Filipina Rodrigo Duterte tetap unggul di pilpres Filipina yang digelar Senin (9/5/2016).
Ternyata disamping banyaknya kritik atas komentar-komentar kontroversialnya, Duterte menjadi favorit masyarakat Filipina.
Pria yang akrab disapa Rody atau Digong itu memulai kariernya di dunia politik sebagai seorang pengacara dan politikus di Filipina.
Terjunnya Duterte di dunia politik diawali sejak menjabat sebagai Wakil Wali Kota Davao pada 1986 - 1987.
Lalu ia menjadi anggota DPR Filipina dan mewakili Kota Davao pada 1998 - 2001, sebelum bolak-balik menjadi wakil wali kota dan wali kota Davao.
Pada 2015, Duterte mengumumkan kesertaannya di pilpres Filipina 2016, setelah sempat menyangkal rumor soal itu dan didukung masyarakat.
Selama berkampanye, seperti kandidat capres AS Donald Trump, Duterte kerap menyedot perhatian dengan komentar-komentar kontroversialnya.
Sampai akhirnya pria berusia 71 tahun itu dijuluki sebagai 'Trump dari Timur'.
Beberapa komentar kontroversialnya seperti mengancam akan membubarkan kongres dan membunuh anaknya jika ketahuan terlibat kasus narkoba.
Duterte juga dikenal dan mengaku sebagai 'The Punisher' (Si Pembunuh), yang selama menjadi wali kota tak segan mengeksekusi pelaku kejahatan.
"Untuk Anda yang terlibat tindak kriminal, saya akan bunuh Anda. Saya tak ada toleransi untuk itu," katanya, dikutip CBS News.
Meski blak-blakan soal itu, Duterte tetap banjir dukungan atas ketegasannya itu yang telah terbukti mengurangi tingkat kejahatan di Kota Davao.
Namun, gaya berpolitik seperti itu menimbulkan kekhawatiran terhadap sejumlah pihak, terlebih pendukung rezim Aquino.
Duterte ditakutkan akan malah menjadi diktator dan merusak demokrasi negara, sampai dirinya disetarakan seperti Hitler oleh Presiden Aquino. (CBS News/AFP)