Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Jepang pun Tertarik Melihat Tata Cara Umat Islam Beribadah

Sejumlah warga Jepang bertanya mengenai masa puasa yang dilakukan kalangan muslim di Jepang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Warga Jepang pun Tertarik Melihat Tata Cara Umat Islam Beribadah
Istimewa
Beberapa warga muslim Indonesia yang berkumpul dalam sebuah acara bagi kaum muslim di Tokyo beberapa waktu lalu. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejumlah warga Jepang bertanya mengenai masa puasa yang dilakukan kalangan muslim di Jepang, apakah tidak akan meninggal kalau puasa tidak makan tidak minum dalam jangka waktu lama?

"Saya yang melihat ketakutan juga, apakah kuat kalau tidak makan tidak minum dari jam 04.30 pagi hingga jam 19.00 malam? Mengerikan juga ya," kata Kaneko Iriya, seorang warga Saitama kepada Tribunnews.com, Senin (13/6/2016).

Pertanyaan lugu dan sangat sederhana itu juga mengetuk pintu warga muslim Indonesia lain yang ada di Jepang saat ini.

Misalnya Nurjanah yang sudah beberapa tahun tinggal di Kota Hino Tokyo mendapat tanggapan menarik pula dari teman-temannya warga Jepang.

"Dari beberapa orang Jepang non-Muslim yang mengikuti kegiatan berbuka puasa di Masjid Jamii, rata-rata mereka mengatakan senang bisa mengikuti kegiatan tersebut," kata Nurjanah, aktivis wanita muslim Indonesia di Jepang, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (14/6/2016).

Menurutnya, banyak orang Jepang tertarik untuk melihat bagaimana tata cara umat Islam beribadah, dengan memisahkan batas yang jelas antara laki-laki dan perempuan, dan kertas keterangan yang diletakkan di atas meja yang ditulis dengan menggunakan berbagai bahasa seperti Bahasa Arab, Inggris, dan Jepang.

Berita Rekomendasi

"Mereka tampaknya lebih memahami artinya puasa. Juga kehangatan suasana kebersamaan antara umat Islam dari berbagai negara, dan menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat lokal Jepang non-Muslim dengan mengundang berbuka puasa bersama," ujarnya.

"Kegiatan bersama di bulan Ramadan bersama masyarakat Jepang yang non Muslim menjadi hal yang sangat menarik sekaligus menyenangkan," lanjutnya.

Umat Muslim Indonesia pun tidak ketinggalan, berperan aktif dalam berbagai kegiatan dakwah di Jepang.

Di wilayah Kanto tersebar berbagai kelompok pengajian Indonesia, mulai dari pengajian per wilayah seperti Edogawa, Yokohama, Chofu dan lainnya.

Ada juga perkumpulan pengajian berdasarkan komunitas, dan juga institusi/organisasi pengajian Indonesia seperti KMII, KAMMI dan lainnya.

Kelompok-kelompok ini rutin mengadakan kegiatan minimal satu kali sebulan, dengan menghidangkan menu yang 99,9 persen menu Indonesia, bahkan sesekali dibarengi dengan bazaar.

"Hal ini menjadi semangat dan semakin menggiatkan Muslim Indonesia dalam kegiatan dakwah. Karena selain bisa mencicipi aneka makanan Indonesia yang jarang dijumpai, bisa saling bersilaturahmi dan menjalankan prinsip “economics creatives” pun berjalan mengikuti berbagai kegiatan ini," kata dia.

Baru-baru ini pada tanggal 11 Juni 2016, pemerintah dan masyarakat Indonesia menyelenggarakan acara peletakan batu pertama untuk pembangunan Masjid Indonesia yang terletak di lingkungan Sekolah Republik Indonesia Tokyo, sekaligus acara berbuka puasa bersama.

Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di penjuru dunia. Karena pada bulan tersebut diturunkannya Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam. Salah satu isinya, mewajibkan umat Islam untuk berpuasa sebulan penuh untuk menghormati bulan Ramadhan (Qs:2:183).

"Berpuasa di Negeri Sakura Jepang di saat musim panas menjadi pengalaman yang menarik. Selain suhu yang diperkirakan bisa mencapai 33 derajat, letak masjid dan toko halal yang berjauhan juga menjadi tantangan tersendir," kata dia.

Masjid Jamii sebagai salah satu “Islamic Center,” melakukan acara berbuka puasa bersama setiap hari, dengan mengundang Muslim dan non Muslim untuk bisa merasakan bersama-sama tradisi Islam. Kegiatan ini sangat efektif untuk menjelaskan fungsi dan manfaat puasa kepada masyarakat Jepang non Muslim.

"Bahwa puasa juga sebagai refleksi diri, untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, melatih untuk bersabar dan meningkatkan kepekaan sosial dengan memberikan sedekah (bantuan) kepada orang lain terutama fakir miskin dan dhuafa (orang tua dan cacat), berupa berbagi makanan dan minuman saat sahur dan berbuka puasa dan membayar zakat di akhir bulan Ramadan dalam bentuk bahan pokok (misalnya beras) atau uang. Maka dikatakan bulan Ramadan adalah bulan yang penuh rahmat," ujarnya.

Juga diberikan penjelasan bahwa sejatinya, puasa telah dilakukan sejak zaman dulu, baik oleh umat Islam maupun umat beragama lainnya.

"Berdasarkan penelitian, manfaat puasa selain bisa menyehatkan rohani juga dapat menyehatkan jasmani. Karena di dalam media puasa, bisa membersihkan toksin dan zat-zat yang menumpuk dalam seluran pencernaan, ginjal, dan organ yang lain akibat bahan pengawet, zat pewarna, pemanis buatan, zat karninogenik dari makanan yang dikonsumsi setiap hari yang dapat menyebabkan kanker," katanya.

Juga asap rokok yang menumpuk bertahun-tahun (baik perokok aktif maupun pasif). Dengan berpuasa inilah, racun-racun di dalam tubuh dikeluarkan dan kerja tubuh melindungi organ-organnya bisa lebih sempurna.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas