Jagal Dari Munich Sudah Setahun Rencanakan Pembantaian
David diketahui pernah mengunjungi sebuah sekolah di Kota Winnenden, Jerman, tempat lokasi penembakan pada 11 Maret 2009 silam.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MUNICH -- Remaja keturunan Iran yang melakukan penembakan di sebuah mal di Kota Munich, Jerman, ternyata telah merencanakan serangannya selama satu tahun terakhir.
Remaja bernama Ali David Sonboly (18) pun diketahui memilih korbannya secara acak.
Temuan ini diungkapkan penyidik Robert Heimberger, Minggu (24/7/2016), seperti dilansir Kantor Berita Associated Press.
Tahun lalu, David diketahui pernah mengunjungi sebuah sekolah di Kota Winnenden, Jerman, tempat lokasi penembakan pada 11 Maret 2009 silam. Di tempat itu, David mengambil sejumlah foto.
Selanjutnya, sejak saat itu David diyakini merancang serangan pada Jumat lalu.
Seperti yang telah diberitakan, serangan itu setidaknya menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan lainnya. Pelaku kemudian melakukan aksi bunuh diri.
"Dia sudah merencanakan perbuatan itu sejak musim panas lalu," kata Heimberger.
Senada dengan penjelasan itu, Jaksa di Munich, Thomas Steinkraus-Koch, mengungkapkan, tidak ditemukan bukti yang menggambarkan bahwa pelaku mengenal para korbannya.
Juga tak ada indikasi bahwa serangan itu dilakukan dengan motivasi politik tertentu.
Data pun mengungkapkan bahwa tahun lalu, pelaku sempat mendapatkan perawatan psikiatrik untuk membantu dia mengatasi ketakutan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Steinkraus-Koch juga mengatakan, obat-obatan terkait dengan masalah yang dialami pelaku pun masih ditemukan di kamarnya.
Kendati demikian, aparat penegak hukum masih membutuhkan waktu untuk melakukan penyelidikan lewat pembicaraan dengan pihak keluarga pelaku.
Pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan apakah memang David masih mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Heimberger mengungkapkan, masih banyak hal yang harus diungkap dari kehidupan pelaku.
Beruntung, saudara kandung dan orangtua pelaku tidak terlalu emosional dalam menjalani pemeriksaan oleh aparat kepolisian.
Heimberger kemudian menyebutkan, korban tewas di restoran cepat saji McDonald's adalah remaja dengan latar belakang keluarga imigran.
Dia mengidentifikasi para korban merupakan keturunan Hungaria, Turki, Kosovo Albania, dan Yunani. Selain itu, ada satu korban yang tak memiliki kewarganegaraan.
Sejumlah saksi mata menyebutkan, pelaku melakukan penyerangan dengan sambil menyerukan slogan anti imigran.
Padahal, orangtua pelaku datang ke Jerman dengan cara mencari suaka dari negara asalnya puluhan tahun lalu.