Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Gulen, Musuh Erdogan yang Peduli dengan Pendidikan

ETHULLAH Gulen, ulama berusia 75 tahun yang kini menetap di Amerika Serikat, kembali menjadi buah bibir di Turki.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Mengenal Gulen, Musuh Erdogan yang Peduli dengan Pendidikan
(Gulen-Movement.net)
Seorang ulama Sunni yang tinggal di AS, Fethullah Gulen yang dituduh sebagai dalang di balik kudeta di Turki. (Gulen-Movement.net) 

Hakan Yavuz, pakar Islam dari Universitas Utah, AS mengatakan, Gulen dalam pemikirannya adalah seorang nasionalis Turki.

Gulen, menurut Yavuz, mengkritik transformasi Turki atau komunitas Muslim lainnya di bawah tokoh-tokoh semacam Kemal Ataturk atau Reza Shah Pahlevi di Iran.Namun, di sisi lain, Gulen juga konsisten menolak fundamentalisme Islam seperti yang dipraktikkan Taliban atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sementara itu, Profesor Sayyid Abd al-Bari dari Universitas Al Azhar, Kairo dalam wawancara dengan harian Zaman akhir tahun lalu, menganggap Gulen adalah sosok ulama yang lewat ajarannya yang damai, dia berusaha maksimal menghormati kemanusiaan.

Gulen juga berulang kali menyatakan bahwa dia sangat mempercayai ilmu pengetahuan, dialog antaragama dan demokrasi multi-partai."Belajar fisika, matematika dan kimia sama dengan menyembah Tuhan," ujar Gulen berulang kali dalam berbagai dakwahnya.Dia juga melakukan berbagai inisiatif dialog antaragama misalnya dengan Vatikan, gereja Ortodoks dan dengan beberapa organisasi Yahudi.

Mengasingkan diri
Gulen pensiun dari urusan dakwah pada 1981 meski kemudian pada 1988-1991 masih memberikan dakwah di beberapa masjid besar di Turki.Meski memiliki banyak pengikut, Gulen tak berkomentar saat pemerintah Turki membubarkan partai-partai politik berhaluan Islam pada 1998-2001.

Di masa-masa itu, Gulen juga bertemu dengan sejumlah politisi seperti Tansu Ciller (PM Turki 1993-1996) dan Bulent Ecevint (PM Turki 1999-2002), tapi dia menghindari pertemuan dengan para politisi berhaluan Islam.Toh, Gullen harus meninggalkan Turki karena dianggap berupaya mendirikan negara Islam. Pada 1999 dia pergi ke AS dengan alasan untuk menjalani perawatan medis.

Banyak kalangan, langkah Gulen itu merupakan antisipasi upaya pemerintah menyeretnya ke pengadilan karena sejumlah pernyataan yang dianggap mendukung pendirian sebuah negara Islam.

Berita Rekomendasi

Pada Juni 1999, setelah Gulen meninggalkan Turki, rekaman video dikirim ke sejumlah stasiun televisi yang isinya adalah salah satu pernyataan Gulen.

"Sistem yang ada saat ini masih berkuasa. Kawan-kawan kita yang memiliki kedudukan di badan legistlatif dan pemerintahan harus mempelajari sistem ini dan tetap siap setiap saat sehingga mereka bisa mengubah sistem ini agar lebih bermanfaat bagi Islam demi melaksanakan restorasi menyeluruh," kata Gulen dalam video itu

."Namun, mereka harus menanti hingga kondisi benar-benar memungkinkan. Dalam kata lain, mereka jangan muncul terlalu cepat," tambah Gulen.

Gulen mengklaim, pernyataannya diartikan salah dan para pendukungnya mempertanyakan keaslian rekaman video tersebut yang disebut telah dimanipulasi.

Pemerintah Turki mengadili Gulen secara in absentia pada 2000, tetapi PM Erdogan dan partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) yang baru berkuasa membebaskan Gulen dari hukuman pada 2008.Dan terbukti, saat itu, Gulen dan ribuan pengikutnya di Turki sangat bermanfaat bagi Erdogan sebelum menjadi musuh pemerintah Turki.

Beberapa pandangan Gulen
Gulen dikenal sebagai pengkritik sekularisme Turki. Namun, secara umum Gulen menganggap sekularisme yang tidak anti-terhadap agama dan memberi kebebasan seseorang untuk memeluk agama atau kepercayaan sejalan dengan ajaran Islam.

Menurut Gulen, di negeri-negeri demokratis dan sekuler justru 95 persen prinsi-prinsip ajaran Islam dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas