Artis Mesum Ini Menjadi Wanita ke-11 yang Mengaku Diajak 'Tidur' Oleh Donald Trump
Jessica (42), membuka kisah lamanya itu dalam sebuah jumpa pers bersama kuasa hukumnya, Gloria Allred
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC -- Satu lagi perempuan yang mengaku pernah menjalani hubungan dengan calon presiden AS Donald Trump muncul ke hadapan publik.
Kali ini perempuan itu adalah bintang porno Jessica Drake yang mengklaim Trump pernah menawarkan uang sebesar 10.000 dolar AS atau sekitar Rp 130 juta.
Tak hanya itu, Trump juga menawarkan akses ke dalam jet pribadinya dan ke kamar penthouse di sebuah hotel menyusul sebuah turnamen golf pada 2006.
Jessica (42), membuka kisah lamanya itu dalam sebuah jumpa pers bersama kuasa hukumnya, Gloria Allred pada Sabtu (22/10/2016).
Dalam jumpa pers itu, Jessica mengatakan, dia berjumpa dengan Trump dalam sebuah turnamen golf di Danau Tahoe, California, setahun setelah pengusaha itu menikahi Melania.
Jessica mengklaim, Trump mengundangkan datang ke kamar mewahnya setelah turnamen itu. Jessica memenuhi undangan Trump itu dan pergi bersama teman-teman perempuannya.
Saat mereka tiba di kamar Trump, ujar Jessica, pria itu langsung memeluk dan mencium Jessica dan teman-temannya.
Setelah beberapa saat berada di ruangan Donald Trump, Jessica dan teman-temannya pergi. Tak lama kemudian, seorang anak buah Trump menelepon Jessica dan mengundangnya untuk kembali datang, kali ini sendirian.
"Apa yang kamu mau? Berapa?" ujar Jessica menirukan tawaran Donald Trump ketika itu.
"Saya menolak undangannya, saat itu dia menawarkan uang sebesar 10.000 dolar," kenang Jessica yang dalam jumpa pers itu memperlihatkan fotonya bersama Donald Trump.
Tim kampanye Donald Trump langsung membantah pernyataan Jessica Drake itu sebagai tak berdasar dan mengada-ada.
"Tuan Trump tak mengenal perempuan ini, tidak ingat perempuan ini dan tak memiliki kepentingan apapun untuk mengenal dia," demikian pernyataan resmi tim kampanye Donald Trump.
"Ini hanyalah upaya lain yang dilalukan tim kampanye (Hillary) Clinton untuk mempermalukan kandidat yang hari ini memimpin di tiga jajak pendapat," masih tim kampanye Trump.
"Siapapun yang mampu menyewa penjahat untuk memicu kekerasan dalam sebuah kampanye, yang videonya baru dirilis, akan berbuat apapun. Ini adalah upaya Clinton untuk mengendalikan pemilu," tim kampanye Trump menegaskan.