Berduka Atas Kematian Raja, Pekerja Seks Thailand Tanggalkan Pakaian Warna Warni
Para PSK di distrik merah Thailand kembali mangkal usai sepekan tidak beroperasi menyusul hari berkabung nasional.
Penulis: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Mangkatnya Raja Bhumibol Adulyadej membuat rakyat Thailand berduka, tak terkecuali pekerja seks komersial.
Para PSK di distrik merah Thailand kembali mangkal setelah 10 hari tidak beroperasi menyusul hari berkabung nasional.
Ya, seluruh industri, termasuk bisnis esek-esek, lumpuh total sebagai wujud belasungkawa atas kematian raja berusia 88 tahun tersebut.
Meski sudah berburu pelanggan, mereka tetap berkabung dengan membuat seluruh atribut dan pakaian warna-warni yang biasa dikenakan.
Seperti foto yang dilansir MIRROR, Selasa (25/10/2016), ratusan PSK yang mangkal itu, di antaranya mengenakan daster, pakaian pembantu, sepatu boot, dan bikini berwarna serba hitam.
Foto tersebut diambil di wilayah 'merah' Soi cowboy, Ibu Kota Bangkok.
Salah seorang pekerja seks bernama Lek (26), mengatakan seluruh rekan-rekannya berduka atas kematian Bhumibol.
"Masih sangat sepi. Semua sedih karena kematian sang raja," ujarnya.
Meski begitu, Lek menambahkan dapur harus tetap mengebul, hidup mesti berjalan terus.
Courtesy: SWNS.com
"Kami tetap harus bekerja menghasilkan uang. Tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan. Kami harus keluar dan berburu pelanggan demi uang," kata Lek.
Soal pakaian serba hitam yang dikenakannya, Lek mengatakan itu sebagai wujud belasungkawa.
"Kami mengenakan daster dan sepatu boot serba hitam untuk menghormati. Biasanya, kami tidak mengenakan sepatu boot seperti ini. Maklum, cuaca di Thailand panas," tutur Lek.
Mungkin, tambahnya, kondisi akan kembali normal pada dua pekan ke depan.
Sementara, seorang PSK transgender bernama Noi (24) mengatakan, "Kami mencintai sang raja. Kami mencintai negara kami. Tentara pemerintah mengerti dan membiarkan kami kembali bekerja."
"Hiburan malam telah buka. PSK transgender telah kembali. Kami sudah beroperasi, kami ingin para pria datang dan melihat kami," ujarnya.
Courtesy: SWNS.com
Meski sudah beroperasi, lampu-lampu di bar dan klab malam kini meredup, musik mengalun pelan dan tarian telanjang hanya bisa dilakukan di ruangan tertutup.
Aparat keamanan setempat berpatroli untuk memastikan bahwa hiburan malam itu harus berhenti beroperasi pada pukul 12 malam.
Padahal biasanya, hiburan malam di kawasan itu beroperasi hingga pukul 2 dinihari atau bahkan 3 dinihari sebelum Bhumibol wafat.