Dikira Keluarga Bekas Bekas Diktator Irak, Sharakat Hussain Gagal Refund iPhone 7
Seorang pembeli telepon seluler, yang memiliki nama keluarganya Hussain, mengajukan permintaan pengembalian uang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, LONDON -- Seorang pembeli telepon seluler, yang memiliki nama keluarganya Hussain, mengajukan permintaan pengembalian uang saat memulangkan iPhone 7 yang dibelinya.
Namun, permintaan refund itu diolak oleh Apple kecuali jika Hussain harus bisa membuktikan bahwa dirinya bukanlah Saddam Hussein, mantan diktator Irak, seperti dirilis harian Metro, Inggris.
Media Inggris itu, Minggu (30/10/2016), melaporkan, Sharakat Hussain (26) telah membeli ponsel iPhone 7 seharga 799 poundsterling atau sekitar Rp 12,4 juta bulan lalu untuk saudarinya.
Hussain mengembalikan ponsel tersebut ke penjual dan meminta pengembalian uang setelah saudarinya mengatakan tidak membutuhkan hadiah iPhone 7 itu.
Pria dari Birmingham, Inggris, mengatakan bahwa karena jumlahnya sangat besar, ia mengharapkan refund dikembalikan melalui transfer bank.
Namun, setelah menunggu berminggu-minggu, ia juga tak kunjung menerima uangnya itu. Sampai akhirnya ia mendapat sebuah surat elektronik dari Apple.
Dalam e-mail pribadinya, pria tersebut diminta untuk membuktikan dirinya bahwa ia bukanlah diktator atau bekas penguasa Irak yang telah meninggal itu.
Hussain kemudian memberitahu pegawai administrasi bahwa karena nama keluarga itu, ia mungkin telah dimasukkan dalam daftar ‘Para Pihak Ditolak Pemerintah’.
Sharakat Hussain, ayah dari dua anak, mengatakan kepada The Sun, “Saya berpikir e-mail itu spam, saya tertegun saat memastikan kalau itu nyata. Saya marah dihubungkan ke Saddam (Hussein).”
Saddam Hussein telah digantung mati pada tahun 2006 di Irak, tetapi karena alasan tertentu, pihak Apple telah mencampuradukkan kedua nama dari dua orang berbeda itu.
Pihak Apple dilaporkan telah berjanji untuk memilah-milah kembali soal permintaan refund tersebut.
Seorang juru bidara Apple kepada Metro.co.uk mengatkan, “Kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada Tuan Hussain. Sekalipun kami diharuskan untuk mengecek identitas ketika memproses pengembalian uang, surat (elektronik) itu adalah sebuah kesalahan dan tidak seharusnya dikirim”.