Sejarawan Ini Memprediksi Donald Trump Jadi Presiden AS, Tapi Kini Memprediksi Bakal Dimakzulkan
Seorang sejarawan yang pernah meramalkan Donald Trump memenangkan Pemilu Presiden AS 2016, kini mengeluarkan ramalan baru bahwa Trump akan dimakzulkan
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Seorang sejarawan yang pernah meramalkan Donald Trump memenangkan Pemilu Presiden AS 2016, kini mengeluarkan ramalan baru bahwa Trump akan dimakzulkan begitu Partai Demokrat mengendalikan kembali legislatif atau Kongres.
Niall Ferguson, peneliti senior pada Hoover Institution pada universitas bergengsi di Amerika Serikat, Universitas Stanford, Juni silam pernah meramalkan Trump akan memenangkan Pemilu dan ternyata benar.
Ferguson mengatakan presiden terpilih berlatar belakang pengusaha yang menang telak untuk mencapai kursi Gedung Putih, akhirnya akan berada pada kehancurannya.
Trump berkampanye sebagai orang luar politik dan menonjolkan keberhasilan bisnisnya sebagai daya tarik bagi pemilih.
Sebagai seorang oligarkis, Trump sudah menunjukkan tanda-tanda bakal mencampuradukkan kepentingan bisnisnya dengan posisinya sebagai pejabat negara.
Demikian tulis Ferguson dalam The Sunday Times sekalipun Trump menyatakan prioritas pertamanya adalah menjadi presiden Amerika Serikat dan dia tidak akan mengurusi usahanya.
Ferguson menyamakan Trump dengan tokoh fiksi pengambil keuntungan dari perang, Milo Minderbinder.
Dia menyebut Trump orang yang sangat bernafsu membangun dinasti.
Trump memang memiliki jaringan usaha di banyak negara di seluruh dunia yang menjadi kepentingan strategis AS.
Dia dan keluarganya yang sangat terlibat dalam baik tim transisi pemerintahan maupun saat membangun kekaisaran bisnis Trump, telah bertemu dengan mitra-mitra bisnis internasionalnya segera setelah Pemilu selesai.
Beberapa aspek dari usahanya telah membangkitkan keprihatinan.
Trump memiliki kepentingan di Turki, yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.
Trump membela Presiden Recep Tayyip Erdogan yang melakukan pemberangusan besar-besaran menyusul kudeta gagal beberapa bulan lalu.
Setelah Trump membela Erdogan, kontroversi pembangunan Trump Towers di Istanbul pun segera menguap.