Anak Penjual Sayur Menang Olimpiade Matematika di Malaysia
Di dalam sebuah bangunan bertingkat dua, Pono terlihat asyik bermain bersama teman sebayanya.
Editor: Hasanudin Aco
Pono menjuarai Olimpiade dengan mengalahkan anak-anak dari sekolah Indonesia yang lebih terkenal, lebih mapan, serta memiliki fasilitas belajar yang lebih mencukupi dibanding sekolah Pono.
Pono merupakan anak dari seorang guru lokal bernama Marten dan ibu bernama Tabita. Keluarga Pono telah tinggal di Kundasang selama puluhan tahun. Pono memiliki tujuh saudara.
Adapun Pono lahir di Kundasang. Tempat tinggal Pono berada di kaki Gunung Kinabalu. Rumahnya berbahan kayu dan seng sebagai atapnya.
Sehari-hari, Pono pergi sekolah dengan menyewa mobil dengan biaya sekitar 35 ringgit Malaysia per bulannya.
Pono lebih dulu harus berjalan sekitar 20 menit untuk menjangkau mobil sewaan yang setiap hari telah menunggu di jalan raya.
Untuk membiayai hidup, keluarga Pono menggantungkan pengharapan dari berkebun. Sayuran kol dan daun sop jadi tanaman pokok yang harus dijual untuk mengisi perut.
Setiap Jumat atau hari pekan, sekolah memang diliburkan karena mayoritas siswa membantu orangtuanya berjualan sayur.
Tak terkecuali Pono yang dengan giat membantu ibunya mengangkut sayur.
Sebelum berangkat sekolah, kegiatan yang dilakukan Pono setiap pagi adalah membantu ibunya berkebun. Menanam bibit kol jadi kesehariannya setiap pagi. Bahkan, setelah Pono pulang sekolah, cangkul menjadi "pengganti pensil" di kebun.
Meski rajin membantu orangtuanya berkebun, Pono tetap menyempatkan diri untuk belajar. Tak jarang, guru CLC Kundasang jadi "sasaran" Pono yang lapar akan ilmu pengetahuan.
Pono datang ke rumah guru dan bisa berjam-jam belajar. Semua hal ditanyakannya kepada sang guru. Pono mengaku tak suka olahraga. Malah, ketika waktu senggang, Pono lebih suka mengutak-atik komputer. Aplikasi editing Photosop menjadi hobi barunya.
"Biasa edit-edit foto, yang ngajar dari UMS KKN. Saya kembangkan melalui Google dan tutorial," ujar Pono.
Orangtua menjadi motivasi Pono untuk terus belajar. Pono terus mengingat pesan kedua orangtuanya untuk bekerja keras agar mengubah kehidupan keluarganya.
"Mereka (orangtua katakan) enggak mau kami (Pono dan saudaranya) seperti mereka. Mereka bilang harus belajar sungguh-sungguh," ujar Pono.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.