Thailand Selatan Memanas, 6 Orang Tewas Ditembak dalam Sehari
Kondisi ini menggambarkan eskalasi kekerasan yang terjadi di kawasan yang selama ini dilanda pemberontakan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PATTANI -- Enam orang ditembak mati dalam 24 jam terakhir, di wilayah selatan Thailand. Kondisi ini menggambarkan eskalasi kekerasan yang terjadi di kawasan yang selama ini dilanda pemberontakan.
Tingginya intensitas kekerasan ini tak lepas dari penjagaan ketat yang dilakukan aparat militer dan polisi di daerah itu.
Berdasarkan keterangan polisi, Rabu (7/12/2016), pembunuhan enam orang tersebut terjadi sapanjang Selasa kemarin.
Pembunuhan pertama terjadi terhadap seorang kepala desa di Distrik Yaring. Mayat lelaki itu ditemukan di rumahnya dengan luka tembak di kepala, saat hari masih pagi.
Tak lama setelah itu, dua orang yang salah satunya bekas milisi pemerintah, ditembak mati saat mereka menggunakan sepeda motor di Distrik Nongchik.
Selain itu ada kepala desa yang lain dan warga sipil lain yang ditemukan juga tewas di provinsi yang sama.
Kepala Kepolisian Pattani Mayor Jenderal Thanongsak Wangsupa meyakini, serangan serangan itu sebagai pembalasan atas serangkaian penangkapan militan dalam beberapa hari terakhir.
"Kami menangkap sekitar delapan orang terkait tuduhan tersebut," kata dia seperti diberitakan AFP.
Dalam 12 tahun terakhir, pemberontakan kelompok Muslim di wilayah itu telah merenggut ribuan nyawa.
Tercatat, sekitar 6.700 tewas sejak masa pemberontakan tersebut. Mayoritas korban adalah warga sipil, yang terjepit di antara para pemberontak dan militer Thailand.
Aksi peledakan bom dan pembunuhan menjadi keseharian bagi warga sipil di wilayah Provinsi Pattani itu.
Catatan sejarah menunjukkan Thailand mengambil alih tiga wilayah berpenduduk mayoritas Muslim di wilayah selatan negara itu, sejak lebih dari seabad lalu.
Sejak lama, warga di ketiga kawasan itu pun merasa tertindas dengan pemerintah Thailand.
Kesepakatan damai antara kedua pihak masih terhambat. Para pemberontak tidak percaya junta Thailand bakal menyerahkan otonomi politik bagi mereka.
Padahal, hal tersebut merupakan langkah kunci menuju berakhirnya kekerasan di sana.