Bermodal Kesabaran, Orang Ini Berhasil Tanam Buah di Padang Pasir
Selama bertahun-tahun dia berkerja melawan rintangan dengan menanam ribuan pohon buah di Gurun Thar, India.
TRIBUNNEWS.COM – Mencoba memulai sebuah kebun di gurun pasir terdengan seperti usaha yang sia-sia, bukan ide yang bisa menghasilkan.
Tapi Choga Lal Saini, 67 tahun, adalah tipe orang yang ulet. Selama bertahun-tahun dia berkerja melawan rintangan dengan menanam ribuan pohon buah di Gurun Thar, India.
Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi KBR.
Tinggal di kota gurun Bamer, daerah tempat tinggal Choga Lal Saini hampir seluruhnya tertutup pasir, walaupun pada beberapa tempat ditumbuhi semak-semak gurun.
Di tempat ini, Choga Lal Saini memiliki kebun yang tidak biasa.
“Tempat ini terkenal dengan pada pasirnya, dimana pasir dan sedikit air tidak akan membiarkan apapun tumbuh disini. Tapi saya telah mengembangkan pohon buah-buahan yang berbeda, yang cocok untuk iklim disini. Rasa buahnya unik dan manis. Saya mulai dengan dua ribuan jenis tanaman yang berbeda, tapi setengah dari mereka mati karena kondisi iklim yang keras,” ungkap Choga La Saini.
Berkendara menuju kebun buah Choga La Saini tidaklah mudah. Di lokasi ini pun terlihat tiga perempuan berpakaian tradisional merah dan kuning bernyanyi dengan merdu di bawah pohon.
“Kami berasal dari komunitas Vishnoi dan Dewa kami, Jambho ji, telah mengarahkan untuk tidak menebang pohon dan tidak membunuh hewan. Lagu kami juga bercerita hal yang sama. Kami akan berdosa jika menebang pohon atau membunuh burung atau binatang lain. Kami tidak bisa membunuh makhluk hidup,” ungkap Kamla Devi (55 tahun) salah satu dari tiga permpuan yang bernyanyi.
Choga pun menunjukan kebunnya yang seluas 28 hektar. Kebun itu dipenuhi pohon delima, mangga, jujube dan gooseberry India. Disitu, ia juga menanam banyak tanaman obat.
“Gooseberry saya yang terbaik. Karena saya menanamkan mereka di padang gurun sehingga mereka punya sifat khusus. Saya sendiri punya penglihatan yang buruk dan sebelumnya saya pakai kacamata. Sendi lutut saya juga sering sakit dan kadang jadi sulit berjalan. Tapi setelah memakai gooseberry, penglihatan dan sendi saya membaik,” ungkap Choga.
Choga adalah seorang manta pegawai pemerintah daerah. Ia memutuskan untuk terjun ke bidang pertanian pada 2001. Meski sejak awal dia tahu, ini akan menghadapi banyak rintangan.
“Tantangan utama yang saya hadapi di gurun adalah kekurangan air. Kedua, serangan rayap pada tanaman yang saya atasi dengan minyak tanah. Saya menggunakan bubuk pohon mahoni lokal tapi saya tidak pernah menggunakan kotoran sapi melainkan kotoran kambing. Alasannya karena kotoran kambing tidak larut dalam air dan menyediakan makanan untuk tanaman lebih lama. Saya juga selalu mencabuti gulam dari tanaman sehingga mereka bisa tumbuh dengan baik,” terang Choga.
Choga mengaku, mengatasi masalah air di padang pasi tidaklah mudah.
“Ada waktu ketika saya harus menyiram tanaman saya satu persatu memakai kendi tanah. Kemudian, saya membuat irigasi dimana air jatuh langsung di bagian akar, melalui pipa dan tabung. Saya hanya menyirami ladang dengan air bersih. Saya tidak akan menyia-nyiakan air setetes pun,” kata Choga.
Ketika pertama kali mulai, butuh waktu 15 menit untuk memompa air tanah keluar dari sumur pertama dan 45 menit dari sumur kedua.
Tapi, pada tahun 2006, daerah yang telah mengalami kekeringan selama beberapa dekade, untuk pertama kalinya mengalami banjir. Tanaman pun berkembang dan membuahkan hasil.
“Pada awalnya ini semua gurun. Tidak ada yang bisa tumbuh disini. Tidak ada air. Tapi semuanya berubah dengan turunnya hujan lebat dan banjir tahun 2006. Setelah itu, tinggi air tanah meningkat. Saya telah membuat tiga tanggul untuk menyimpan air hujan,” ujar Choga.
Setelah berhasil melawan rintangan, Choga sekarang punya target lebih tinggi.
“Mimpi saya adalah menanam hingga lima ribuan pohon gooseberry, dengan bantuan organisasi berubah dengan turnnya hujan lebat dan banjir tahun 2006. Setelah itu, tinggi air tanah meningkat. Saya telah membuat tiga tanggul untuk menyimpan air hujan,” ujar Choga.
Setelah berhasil melawan rintangan, Choga sekarang punya target lebih tinggi.
“Mimpi saya adalah menanam hingga lima ribuan pohon gooseberry, dengan bantuan organisasi atau pemerintah. Saya lahir ke dunia untuk membantu orang lain, jika saya tidak melakukan apapun, hidup saya jadi tidak berarti. Jadi kita harus melayani kemanusiaan,” ungkap Chogi.
Penulis: Jasvinder Sehgal/Sumber: Kantor Berita Radio (KBR)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.