Mengapa Tank Leopard Turki Bisa Hancur di Suriah? Berikut Penjelasannya
Tank secanggih apapun, tanpa doktrin yang benar dan tepat, akan bernasib seperti Leopard 2A4 Turki di Suriah.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Operasi militer Perisai Eufrat yang dilancarkan Turki untuk memukul gerilyawan YPG-Kurdi dan Daesh (ISIS) di dalam wilayah Suriah, menghadapi perlawanan sengit dari keduanya.
Setelah sejumlah tank-tank lawas M60T/ Sabra rontok dihajar ATGM (Anti Tank Guided Missile), Turki memutuskan untuk menurunkan Leopard 2A4 yang dibelinya dari Jerman, yang merupakan MBT generasi paling mutakhir yang dimiliki oleh AD Turki.
TNI AD mengoperasikan sejumlah tank serupa diluar Leopard 2RI yang telah ditingkatkan kemampuannya.
Turki membeli Leopard 2A4 sebagai langkah stop gap sebelum MBT Altay yang dikembangkannya siap memasuki dinas aktif.
Sebelum menjatuhkan pilihan ke macan tutul Jerman, Turki sempat pula mengevaluasi M1A2 Abrams dari General Dynamics Amerika Serikat, Yatagan dari Ukraina dan juga Leclerc dari Perancis.
Sebagai hasilnya 298 unit Leopard 2A4 dibeli bekas dari Jerman pada 2009, berikut transfer teknologi dari pabrikan Krauss Maffei Wegmann.
Hasilnya Turki mampu memodernisasi sistem kendali penembakan tank Jerman tersebut dengan sistem Volkan yang dikembangkannya sendiri, berikut dengan paket peningkatan sistem pertahanan.
Menurunkan Leopard 2A4 ke Suriah bukannya tanpa hambatan. Sesuai perjanjian dengan Jerman, tank-tank tersebut dibeli dengan syarat hanya untuk digunakan dalam pertahanan dalam negeri, bukan untuk operasi ofensif.
Butuh lobi kuat sehingga Jerman mengijinkan penggunaan Leopard 2A4 di wilayah Suriah.
Jumlah yang dikirimkan kurang lebih 1 batalion yang mencakup 60-80 tank. Seluruh tank yang dikirimkan ke Suriah menerima kamuflase baru dengan warna padang pasir, menggantikan warna hijau zaitun yang sebelumnya digunakan.
Pengirimannya dilakukan bertahap, dimulai pada minggu kedua Desember 2016.
Saat di Suriah, Leopard 2A4 rupa-rupanya menghadapi permasalahan yang sama dengan M60T yang dedel duel dihajar rudal Suriah.
AD Turki alih-alih menggunakannya sebagai alutsista untuk menusuk pertahanan lawan dalam manuver gerak mobil yang sangat cepat; ketiadaan musuh yang setara menjadikan tank-tank tersebut lebih diposisikan sebagai artileri untuk menghancurkan perkubuan, tidak beda dengan M60T yang diturunkan sebelumnya.
Tank-tank ini dibawa untuk mendukung infantri, dengan membangun posisi tembak berupa cerukan di dalam tanah atau hull down position.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.