China Protes AS Tempatkan Sistem Antirudal di Korsel, Bisnis Lotte Group Jadi Korbannya
Diberitakan Financial Times, Pemerintah Beijing juga telah melarang wisatawan China berkunjung ke Korsel.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Hubungan China dan Korea Selatan (Korsel) memanas. Pebisnis Korsel pun bakal terkena dampak dari perang dingin yang dilancarkan China.
Seperti diberitakan CNBC, mengutip South China Morning Post, Jumat (3/3), sejumlah perusahaan China menyatakan mereka memutuskan hubungan kerjasama dengan Lotte Group, perusahaan ritel asal Korsel.
Hal ini seiring pemberian izin Korsel memberikan lahan di negaranya bagi Terminal High Altitude Area Defence System (THAAD) AS.
THAAD merupakan sistem antirudal canggih milik AS, yang ditempatkan di Korsel untuk menangkal serangan rudal dari Korea Utara (Korut).
Sikap Korsel yang mengizinkan AS menempatkan sistem antirudal di wilayahnya telah menimbulkan kemarahan China yang kini merasa terancam. Sentimen publik China terhadap Korsel kini menjalar ke urusan bisnis. Lotte, jaringan ritel Korsel yang memiliki sekitar 80 gerai supermarket di China, turut merasakan akibatnya.
Kelompok keuangan Ruixiang yang bermarkas di Jiangsu menyatakan akan menangguhkan kerjasama dengan Lotte.
Kerjasama itu berupa penyediaan program kartu belanja, terhadap 50 gerai Lotte. Tidak hanya itu, produk asal Korsel juga tak lagi dipasarkan di situs belanja online Ruixiang.
"Kami tidak ingin masyarakat China membeli produk dari perusahaan tersebut," tutur pernyataan resmi Ruixiang.
Chen Ou, Chief Executive Officer (CEO) Jumei, sebuah perusahaan ritel kosmetik China, menyatakan, situs belanja miliknya, Weibo, tidak akan menerima produk milik Lotte.
Demikian juga Huilong Food yang berbasis di Henan yang menyerukan sikap penolakan dan suspensi atas produk asal Korsel.
Media China juga memberitakan bahwa terdapat aksi unjuk rasa demonstran di depan Lotte Mart di Provinsi Jilin. Mereka menuntut perusahaan itu angkat kaki dari China.
Diberitakan Financial Times, Pemerintah Beijing juga telah melarang wisatawan China berkunjung ke Korsel.
Hal tersebut diungkapkan Wang Ki-young, Direktur di Kementerian Kebudayaan Korea Selatan.
Biro perjalanan pariwisata daring Tuniu Corp. membenarkan kabar itu. Kepada Financial Times, Tuniu menyebut, semua destinasi perjalanan wisata ke Korsel dari China telah dihapus.
Pencarian tempat wisata di website Tuniu Corp hanya akan menghasilkan pemberitahuan, "Sorry, we have not found a relevant product".
Pemerintah Beijing, lanjut Financial Times, bahkan akan mendenda dan mencabut izin biro wisata China yang melanggar larangan perjalanan wisata ke Korsel.
Meski diancam, salah satu biro perjalanan besar di China, China Ctrip, tetap saja menjual wisata Korsel.
Reporter: Yuwono Triatmodjo