Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sepak Terjang Brigade Fatemiyoun, Tentara Rahasia Bentukan Iran di Perang Suriah

Sejak 2012, Garda Revolusi Iran mulai merekrut pejuang dari etnis Hazara yang mengungsi dari Afganistan.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Sepak Terjang Brigade Fatemiyoun, Tentara Rahasia Bentukan Iran di Perang Suriah
DW
Sejak 2012 Garda Revolusi Iran mulai merekrut pejuang dari etnis Hazara yang mengungsi dari Afghanistan. 

TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS -- Brigade Fatemiyoun dibentuk Iran dengan menjaring pengungsi Syiah Hazara asal Afganistan.

Tugas mereka yang tadinya menjaga makam suci, kini menjadi perpanjangan tangan rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah.

Sejak 2012, Garda Revolusi Iran mulai merekrut pejuang dari etnis Hazara yang mengungsi dari Afganistan.

Mereka termasuk ke dalam 15 persen minoritas Syiah yang hidup dalam ancaman militan Sunni seperti Taliban.

Sebagian bermukim di Iran, yang lain memilih membangun kehidupan di Suriah.

Brigade Fatemiyoun dibentuk untuk melindungi situs suci kaum Syiah, yakni makam Sayidah Zainab di Damaskus, ibu kota Suriah.

Lahir dari perang

Berita Rekomendasi

Milisi Syiah Afganistan telah muncul sejak perang Iran-Irak pada dekade 1980-an.

Saat itu Garda Revolusi atau Pasdaran membentuk satuan bernama Brigade Abouzar yang terdiri dari pejuang Hazara.

Sebagian besar pejuang Fatemiyoun pernah terlibat dalam perang Irak dan Afganistan.

Sebab itu kelompok bersenjata ini termasuk yang paling berpengalaman dalam perang saudara di Suriah.

Media-media Iran mulai melaporkan keberadaan pasukan rahasia ini sejak 2013, ketika jenazah gerilyawan yang tewas dipulangkan ke Iran dan keluarganya diterima oleh pemimpin spiritual Ayatollah Khamenei.

Menurut kantor berita Tasnim, sejauh ini sebanyak 383 gerilyawan Fatemiyoun telah terbunuh dalam perang di Suriah.

Milisi berparas militer

Bekas komandan Fatimiyoun, Sayed Hassan Husseini atau yang lebih dikenal dengan nama Sayed Hakim mengklaim milisi Syiah Afganistan itu beranggotakan hingga 14.000 gerilyawan.

Mereka terbagi dalam tiga brigade di Damaskus, Hama dan Aleppo serta dilengkapi dengan persenjataan berat seperti artileri, kendaraan lapis baja hingga unit spionase.

Setiap gerilyawan Fatemiyoun mendapat gaji sekitar 450 dollar AS per bulan atau setara Rp 6 juta per bulan.

Selain itu pemerintah Iran juga memberikan dana tunjangan untuk keluarga. Jumlah uang yang diterima setiap serdadu bisa mencapai 700 dollar AS atau sekitar Rp 9 juta per bulan.

Kendati begitu, serdadu Fatemiyoun tidak diizinkan menetap lama di Iran, melainkan disiagakan di Suriah, Irak, atau Afganistan.

Tersebar di Timur Tengah

Faris Baiush, seorang perwira berpangkat kolonel di Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) pada awal 2016 mengatakan kepada Aljazeera, pihaknya memperkirakan setidaknya 2.000 gerliyawan Syiah Afganistan ikut bertempur bersama pasukan pemerintah di kota Aleppo.

Komandan Garda Revolusi, Mohammad Ali Jafari, mengklaim Iran memiliki 200.000 gerilyawan di Yaman, Irak, Suriah, Afganistan, dan Pakistan.

Media Iran, Mashregh, pernah memuat pernyataan seorang bekas komandan Garda Revolusi yang mengritik pemerintah karena tidak menggunakan Brigade Fatemiyoun dengan lebih optimal.

Menurutnya, milisi bersenjata itu bisa menjadi pion buat mendukung kebijakan luar negeri Teheran.(DW Indonesia)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas