Mantan Bankir Kelahiran Indonesia Bahagia Jualan Sate di Swiss
Mantan bankir inilah yang melakukan terobosan kuliner Indonesia di Zurich yang berjuluk "Little Big City of Switzerland".
Editor: Johnson Simanjuntak
"Tak hanya itu, crowd funding ini juga tes pasar, apakah ada yang berminat atau tidak,“ ujarnya.
Syukurlah, target modal sebesar 12.000 frank Swiss atau sekitar Rp 150 juta, tercapai melalui cara itu.
"Saya gunakan untuk beli gerobak dan keperluan lainnya,“ katanya.
Di Swiss, siapa yang berani terjun di bisnis gastronomi, harus siap bekerja keras.
Harga makanan di restoran Swiss yang sangat mahal, membuat persaingan untuk menyajikan kualitas makanan terbaik, menjadi kewajiban.
Rio tampaknya sadar dengan kenyataan ini. Sebelum mencoba sate ayam dengan gerobaknya ini, dia sudah "menjual“ satenya dari pintu ke pintu.
Ditinggal ayah sejak kecil
Salah satu yang tertarik dengan kisah hidup Rio adalah harian Neuer Zurcher Zeitung (NZZ), koran paling prestisius di Swiss.
NZZ kemudian memberi satu halaman penuh untuk membahas aksi Rio itu karena terbilang unik.
"Ini memang khas, jadi kami tertarik menulisnya,“ kata salah satu redakturnya.
Selain mengisahkan proses beralihnya bankir menjadi tukang sate, Rio juga mengisahkan perjalanan hidupnya.
Sate Rio, menurut NZZ, cukup menjanjikan. "Kalau pun ada yang perlu diperbaiki ya acar ketimunnya,“ demikian ulasan NZZ.
Rio lahir 34 tahun silam, di Balingkah, Padang Panjang, Sumatera Barat.
Tak lama setelah kelahirannya, Rosmidar, ibu kandungnya, harus menerima kenyataan ditinggal sang suami.