Geng Gulabi Ditakuti Pezina, Pemabuk dan Pelaku KDRT di India
Geng Gulabi, berpakaian merah muda anggotanya, ditakuti para pezina, pelaku KDRT dan pemabuk di India.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Suyanto
TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Mereka menyebut dirinya Geng Gulabi. Geng ini memberangus alkohol, melawan pemabuk dan pelaku kekerasan dalam rumah tangga di India.
Geng Gulabi khusus beranggotakan perempuan dari berbagai generasi. Mereka tak cuma aktif diskusi atau unjuk rasa. Mereka juga kerap menyisir minuman keras di masyarakat.
Warga India mudah mengenali pergerakan kaum hawa itu. Mereka selalu turun ke jalan dengan seragam kebesarannya berwarna merah muda.
Satu lagi yang menjadi ciri khas mereka adalah tongkat pentungan. Inilah senjata yang selalu mereka tenteng setiap keluar rumah.
Geng Gulabi pertama terbentuk pada 2002, pendirinya Sampat Pal Devi asal Bundelkhand, daerah Uttar Pradesh.
Devi mendirikan Geng Gulabi setelah melihat temannya sesama perempuan menjadi korban kekerasan laki-laki tapi polisi setempat membiarkannya.
Kekerasan perempuan di India, saking seringnya terjadi, seolah menjadi hal biasa. Data Biro Nasional Crime Record, pada 2012 saja ada 24.923 kasus pemerkosaan.
Itu sama dengan, perkosaan terjadi setiap 22 menit. Angka kekerasan terhadap perempuan berlipat-lipat dari itu.
Kini setelah 15 tahun, Geng Gulabi telah berkembang hampir di semua kota di India. Salah satu yang paling aktif adalah Geng Gulabi di Bundelkhand.
Di sini pimpinannya Jyoti Patel, sarjana teknologi yang kini menjadi IT profesional. Ia aktif menggerakkan anggotanya, berkampanye melawan pemabuk hingga menyisir sekitar wilayah Sagar.
Sasaran mereka adalah toko-toko yang menjual minuman beralkohol. Para perempuan itu akan memaksa warung-warung yang digunakan mabuk untuk tutup.
Begitu juga dengan toko penjual minuman beralkohol di dekat sekolah, dekat kuil, dan tempat-tempat ibadah.
“Kami bisa dibilang pasukan antimiras. Kami selalu bergerak dengan seragam warna pink agar masyarakat mengenali," ungkap Patel.
"Kami meminta masyarakat tidak minum miras di tengah kampung karena terbukti telah menumbulkan banya masalah, terutama kekerasan terhadap wanita," ia menambahkan.