Pemda Tokyo Jepang akan Membuat Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Perusahaan Baru
Pemda Tokyo akan membuat pusat pelayanan terpadu bagi perusahaan baru terutama yang datang dari luar negeri.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemda Tokyo akan membuat pusat pelayanan terpadu bagi perusahaan baru terutama yang datang dari luar negeri sehingga memudahkan semua orang untuk memproses pendirian usahanya.
"Memang selama ini cukup ribet banyak dokumen harus diurus ke sana ke mari dan juga harus dalam bahasa Jepang. Nantinya semua akan disatukan disederhanakan," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike dalam jumpa pers dengan wartawan asing di Tokyo, Kamis (3/8/2017).
Menurutnya, usaha menyederhanakan proses itu dalam waktu dekat akan mulai dilakukan sehingga memudahkan semua pihak.
Di bidang politik akan banyak perubahan suasana nanti karena partai yang didirikannya Tomin First mendapatkan kursi mayoritas di DPRD Tokyo ditambah pendukungnya Komeito total 127 kursi dikuasainya saat ini setelah pemilu 2 Juli lalu.
Baca: Mengenal Shinjiro Koizumi, Pria Tampan Disebut-sebut Kandidat PM Jepang Menggantikan Shinzo Abe
"Oleh karena itu akan banyak perubahan suasana. Pajak perusahaan di Tokyo memang tinggi dan itu memang penghasilan utama kita. Kalau diturunkan mungkin perlu pembahasan lebih lanjut. Yang pasti tidak mudah menurunkan pajak. Sedangkan berbagai aturan lain sedang dipelajari dan diupayakan disederhanakan," ujar Koike.
Koike juga memunculkan program pengumpulan metal di Tokyo.
"Metal bekas misal ponsel bekas yang dibuang dikumpulkan lalu didaur ulang. Nantinya dibuat untuk 5.000 medali bagi Olimpiade 2020 mendatang," kata dia.
Bagian dari pengurangan biaya pengeluaran dilakukan dengan daur ulang sampah atau barang tertentu yang dibuang.
Demikian pula kayu-kayu yang dianggap tak terpakai lagi dapat dikumpulkan untuk dibuat perkampungan atlit menggunakan kayu daur ulang tersebut.
Biaya pengeluaran untuk penyelenggaraan Olimpiade 2020 mendatang diperkirakan sekitar 1,3 triliun yen dan beberapa pengamat menduga akan terus meningkat bila tidak ditekan segalanya dari sekarang.