Topan Hato Timbulkan Banjir dan Ganggu Penerbangan di Hong Kong
Topan Hato yang melanda Hong Kong, Rabu (23/8/2017), dikabarkan menimbulkan banjir dan mengganggu penerbangan.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Topan Hato yang melanda Hong Kong, Rabu (23/8/2017), dikabarkan menimbulkan banjir dan mengganggu penerbangan.
Angin ribut dan hujan lebat merobohkan banyak pohon dan membuat banyak perkantoran dan pertokoan tutup.
Sedangkan banjir melanda di kawasan pinggir pantai yang diakibatkan tingginya gelombang laut.
Cuaca buruk yang ditimbulkan Topan Hato juga membuat lebih dari 450 penerbangan dibatalkan.
Baca: Mengaku Bosan Makan Daging Manusia, Pria Ini Bawa Kaki dan Tangan Wanita yang Dibunuhnya Ke Polisi
Pihak Cathay Pacific, maskapai yang berbasis di Hong Kong, mengatakan hampir semua penerbangannya pada Rabu pukul 06.00 hingga 17.00 waktu setempat akan ditunda.
Sedangkan, Hong Kong Airlines memilih untuk membatalkan semua penerbangannya dari pukul 07.00 sampai 17.00 waktu setempat.
Di Macau, di mana Topan Hato juga menghantam, sebanyak tiga orang tewas dan dua orang lainnya dinyatakan hilang.
Baca: Korea Utara Ketahuan Pasok Senjata Kimia ke Suriah
Termasuk yang tewas adalah seorang pria 30 tahun yang terhimpit tembok yang runtuh, wisatawan 45 tahun yang tertabrak mobil, dan pria 62 tahun yang jatuh dari ketinggian.
Banjir bandang dan pemadaman listrik juga melanda daerah wisata itu.
Akibat hal tersebut, banyak hotel di sana yang sementara berhenti menerima pelanggan lantaran banyak fasilitasnya yang tak bisa beroperasi, terutama yang membutuhkan listrik dan air.
Hong Kong memang secara rutin dilanda topan, yang biasanya terjadi antara Juli dan Oktober.
Pada 1962, Hong Kong dilanda badai terparah saat mata Topan Wanda dengan kecepatan angin 284 kilometer per jam menerjang.
Sebanyak 130 orang meninggal dan ribuan rumah hancur, membuat 72.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Sejak itu, Hong Kong mengupayakan pertahanan diri dari serangan topan, termasuk dengan memastikan infrastruktur rawan bencana, seperti gedung pencakar langit, dapat bertahan saat diterpa angin. (Asia One/Reuters)